Kategori
Business Corporate Diklat Innovation Kerja Manajemen Pendidikan Pengetahuan

Narasumber “Knowledge Management as part of Human Capital Development” Indonesia Power

Sebagai narasumber “Knowledge Management as part of Human Capital Development” Peserta dari Indonesia Power saya menyampaikan tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kompetensi serta skill memadai untuk menunjang perusahaan adalah maksud disediakannya sistem Knowledge Management di korporat. SDM adalah faktor utama keberhasilan perusahaan untuk merealisasikan visi dan misinya. Untuk itu SDM perlu dibangun. Salah satu cara membangunnya adalah mengimplementasikan sistem Knowledge Management.

Supaya implementasi bisa berjalan sesuai harapan, harus dibuat kerangka strategi implementasinya. Dalam hal tersebut, strategi adalah sekumpulan aksi-aksi terintegrasi yang diarahkan untuk menambah atau meningkatkan kemampuan serta kekuatan enterprise relatif terhadap kompetitor (Porter, 2000).

Tanpa strategi, seorang implementor Knowledge Management tidak akan memiliki hal-hal berikut:

  • Tidak memiliki resep untuk melakukan implementasi,
  • Tidak memiliki roadmap untuk keunggulan kompetitif,
  • Tidak memiliki game plan untuk memuaskan stakeholder atau mencapai goal kinerja.

Tiga proses yang mendukung penetapan suatu strategi :

  1. Pemikiran strategis : kreatif, pandangan entrepreneur,
  2. Perencanaan strategis : sistematis, komprehensif, analisis untuk membuat rencana/tindakan,
  3. Pengambilan keputusan: reaksi efektif terhadap peluang dan ancaman yang tidak dikehendaki;

Kaitannya dengan strategi, peranan sistem teknologi informasi atau sistem informasi, IT/IS adalah adalah untuk menerapkan strategi yang dipilih dan juga sebagai enabler untuk strategi bisnis baru atau strategi yang hanya bisa diterapkan dengan alat bantu teknologi informasi.

@ Hotel Neo Malioboro Yogyakarta

Kategori
Diklat Government Ilmiah Innovation Manajemen Pemikiran Pengetahuan Telematika

Nara Sumber dengan Topik: “ONLINE CLASS KNOWLEDGE MANAGEMENT” untuk sebuah Non Goverment Organization

Nara Sumber dengan Topik: “ONLINE CLASS KNOWLEDGE MANAGEMENT” untuk sebuah Non Goverment Organization bidang pelayanan sosial.

Manajemen Pengetahuan (bahasa Inggris: Knowledge management) adalah kumpulan perangkat, teknik, dan strategi untuk mempertahankan, menganalisis, mengorganisasi, meningkatkan, dan membagikan pengertian dan pengalaman. Pengertian dan pengalaman semacam itu terbangun atas pengetahuan, baik yang terwujudkan dalam seorang individu atau yang melekat di dalam proses dan aplikasi nyata suatu organisasi. Fokus dari MP adalah untuk menemukan cara-cara baru untuk menyalurkan data mentah ke bentuk informasi yang bermanfaat, hingga akhirnya menjadi pengetahuan.

Djadja Sardjana (2008) mengemukakan istilah Knowledge Management pertama sekali digunakan oleh Wiig pada tahun 1986, saat menulis buku pertamanya mengenai topik Knowledge Management Foundations yang dipublikasikan pada tahun 1993. Akhir-akhir ini, konsep knowledge management mendapat perhatian yang luas. Hal ini menyatakan secara tidak langsung proses pentransformasian informasi dan intellectual assets ke dalam enduring value. Knowledge management merupakan kekhususan organisasi (organization-specific), ketika perhatian dasarnya adalah ekploitasi dan pengembangan organizational knowledge assets kepada tujuan-tujuan organisasi selanjutnya. Knowledge management bukan merupakan sesuatu yang lebih baik (better things), tapi untuk mengetahui bagaimana mengerjakan sesuatu dengan lebih baik (things better).

Kegiatan manajemen pengetahuan (MP) ini biasanya dikaitkan dengan tujuan organisasi semisal untuk mencapai suatu hasil tertentu seperti pengetahuan bersama, peningkatan kinerja, keunggulan kompetitif, atau tingkat inovasi yang lebih tinggi. Pada umumnya, motivasi organisasi untuk menerapkan MP antara lain:

  • Membuat pengetahuan terkait pengembangan produk dan jasa menjadi tersedia dalam bentuk eksplisit
  • Mencapai siklus pengembangan produk baru yang lebih cepat
  • Memfasilitasi dan mengelola inovasi dan pembelajaran organisasi
  • Mendaya-ungkit keahlian orang-orang di seluruh penjuru organisasi
  • Meningkatkan keterhubungan jejaring antara pribadi internal dan juga eksternal
  • Mengelola lingkungan bisnis dan memungkinkan para karyawan untuk mendapatkan pengertian dan gagasan yang relevan terkait pekerjaan mereka
  • Mengelola modal intelektual dan aset intelektual di tempat kerja

Pengetahuan bukanlah sekadar informasi. Pengetahuan bersarang bukan di wadah tempat disimpannya informasi (semisal basis data), melainkan berada di pengguna informasi bersangkutan. Terdapat beberapa hal yang membedakan antara pengetahuan, informasi, dan data. Memahami beda antara ketiganya sangatlah penting dalam memahami MP.

Transfer pengetahuan (salah satu aspek dari manajemen pengetahuan) dalam berbagai bentuk, telah sejak lama dilakukan. Contohnya adalah melalui diskusi sepadan dalam kerja, magang, perpustakaan perusahaan, pelatihan profesional, dan program mentoring. Walaupun demikian sejak akhir abad ke-20, teknologi tambahan telah diterapkan untuk melakukan tugas ini, seperti basis pengetahuan, sistem pakar, dan repositori pengetahuan.

Dalam manajemen pengetahuan, proses bisnis dikembangkan untuk menciptakan, menyimpan, mentransfer, dan menerapkan pengetahuan. Manajemen pengetahuan juga meningkatkan kemampuan organisasi untuk belajar dari lingkungan dan untuk memasukkan pengetahuan ke dalam proses bisnis dan pengambilan keputusan

Istilah knowledge management (KM) atau manajemen pengetahuan mungkin akan kita temui dalam berbagai disiplin keilmuan. KM merupakan bidang interdisipliner dari berbagai bidang seperti ekonomi, manajemen, filsafat, kebijakan umum, ilmu informasi, sistem informasi, teknik, sosiologi, dan berbagai bidang lainnya. Dengan pendekatan dari berbagai bidang, kita akan menemukan berbagai definisi KM dari mesin pencarian (search engine). Berikut dua pengertian KM yang pragmatis dan klasik.

“KM is understand, focus on, and manage systematic, explicit, and deliberate knowledge building, renewal, and application-that is, manage effective knowledge processes”, (Wiig, 1997; Desouza & Paquette: 2011)

“Knowledge management is getting the right information in front of the right people at the right time”, (Petrash, 1996; Desouza & Paquette: 2011)

Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa KM adalah tentang bagaimana sebuah organisasi berjalan secara efektif dengan mengaplikasikan aset pengetahuan. Semua jenis orgaisasi harus mengelola pengetahuan jika ingin mencapai tujuannya.

Dalkir (2011) menggambarkan proses KM sebagai sebuah proses yang terintegrasi dan berulang. Dalkir (2011) menggambarkannya dalam sebuah sikluse bagaia berikut:

File:4. Integrated KM Cycle (Dalkir, 2011).png

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa dalam siklus KM terdapat tiga komponen yaitu: penangkapan dan/atau pencipataan pengetahuan, diseminasi dan berbagi pengetahuan, serta akuisisi dan aplikasi pengetahuan. Di antara komponen ini terdapat proses yang berlangsung. Dari penangkapan dan/atau pencipataan pengetahuan ke diseminasi dan berbagi pengetahuan, terjadi proses penilaian. Jadi tidak semua pengetahuan yang ditanngkap maupun diciptakan dapat disebar dan dibagi ke semua orang. Pada komponen diseminasi dan berbagi pengetahuan ke akuisisi dan aplikasi pengetahuan, terjadi proses kontekstualisasi. Tidak semua pengetahuan dapat diakusisi maupun diaplikasikan. Hal ini tergantung dengan konteks dan kebutuhannya. Pada komponen akuisisi dan aplikasi pengetahuan ke penangkapan dan/atau pencipataan pengetahuan terjadi proses pembaruan.

Terdapat empat komponen yang dibutuhkan untuk mengelola pengetahuan. Pertama adalah pengetahuan. KM tidak ada tanpa adanya pengetahuan. Dalam mengelola pengetahuan, dibutuhkan pengetahuan untuk memilih pengetahuan yang bernilai untuk dikelola. Komponen kedua adalah orang. Komponen ini sama pentingnya dengan pengetahuan, karena pengetahuan bersumber dari orang baik secara langsung maupun tidak langsung. Komponen ketig adalah proses. Proses adalah artifak mekanis dan logis yang mengarahkan bagaiamana sebuah organisasi dapat berjalan. Komponen yang terakhir adalah teknologi. Teknologi tidak akan membuat organisasi berbagi pengetahuan, tetapi jika orang ingin berbagai pengetahuan, teknologi dapat meningkatkan capaian dan cakupannya.

Kategori
Corporate Diklat E-Learning Ilmiah Innovation Kebijakan Leadership Liputan Manajemen Pemikiran Telematika

Nara Sumber Workshop “Designing Successful Corporate e-Learning and Knowledge Management” untuk PT (Persero) IPC / Pelindo-2

Workshop “Designing Successful Corporate Elearning and Knowledge Management” untuk PT(Persero) IPC/Pelindo Pelabuhan Tanjung Priuk Jakarta Utara menggunakan solusi Ingenio dari PT. Dataquest Leverage Indonesia

Saat ini, organisasi perlu mengembangkan tanggapan yang cepat dan akurat terhadap perubahan yang meningkatkan cakupan dan kecepatan mereka dari hari ke hari. Dalam konteks ini, manajemen pengetahuan dan kegiatan pendidikan semakin penting untuk semua jenis institusi, bukan hanya perusahaan bisnis. Di era pengetahuan yang kita jalani, struktur organisasi yang fleksibel, dapat memenuhi permintaan pelanggan melalui penggunaan sumber daya yang efektif, dan melindungi dan meningkatkan daya saing, hanya dapat dibuat atas dasar pendekatan, yang menganggap pengetahuan sebagai yang paling mendasar dan strategis. faktor. Selanjutnya, dalam studi manajemen pengetahuan yang dilakukan “pendidikan” adalah subjek yang sangat penting, dan alih-alih “pembelajaran organisasi” sekarang “organisasi pembelajaran” dibahas.

Dengan penyebaran teknologi informasi dalam kegiatan pendidikan, hambatan berbasis ruang dan waktu dihilangkan, serta pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien. Meskipun telah terjadi kemajuan yang signifikan dalam studi e-learning yang dilakukan baik pada platform akademik maupun vokasi, masih ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab adalah sebagai berikut:

  • Bagaimana e-learning dapat diintegrasikan dengan manajemen pengetahuan?
  • Apakah sistem e-learning yang ada saat ini mampu memenuhi persyaratan manajemen pengetahuan?
  • Apakah peluang yang ditawarkan oleh sistem e-learning digunakan dalam manajemen pengetahuan dengan baik?

Dalam tulisan ini, pertama e-learning, dan kemudian konsep manajemen pengetahuan dan pengetahuan ditangani dengan poin utama mereka dibahas bagaimana mengintegrasikan e-learning dan manajemen pengetahuan berdasarkan model manajemen pengetahuan, spesifikasi sistem dan persyaratan manajemen pengetahuan.

E-LEARNING

Dengan perubahan keadaan dan teknologi, kehidupan ekonomi, sosial, budaya dan sosial telah berubah secara signifikan. Secara khusus, perusahaan yang beroperasi di sektor yang sangat kompetitif harus menangani “pendidikan” seperti item agenda strategis lainnya dan menggunakannya sebagai salah satu alat terkuat. Kegiatan pelatihan yang dilakukan secara efektif memfasilitasi peningkatan produktivitas karyawan, menjalin hubungan yang lebih kuat dan efektif dengan mitra bisnis, serta meningkatkan brand awareness dan preferensi pelanggan. Fakta bahwa perusahaan beroperasi dengan kondisi persaingan yang menantang membuat pendidikan menjadi lebih kritis (Rosen, 2000, p. 1). Dalam literatur ada definisi yang berbeda dari e-learning. Akan tetapi, ketika definisi-definisi tersebut dilihat dari perspektif yang luas, terlihat bahwa definisi-definisi tersebut secara umum menekankan ciri-ciri yang sama.

Dalam Rencana Aksi e-Learning Eropa, konsepnya didefinisikan sebagai berikut: “penggunaan teknologi multimedia baru dan Internet untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan memfasilitasi akses ke sumber daya dan layanan serta pertukaran jarak jauh dan kolaborasi”. Dalam definisi ini, teknologi elektronik dianggap sebagai kendaraan untuk layanan dan sumber daya pendidikan, dan sebagai saluran untuk kerjasama dan komunikasi. Dalam konteks esensial, konsep tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut: Akses online ke sumber belajar, di mana saja dan kapan saja (Holmes & Gardner, hlm. 14). Beberapa definisi lain dari konsep tersebut adalah sebagai berikut:

• E-learning paling baik didefinisikan sebagai kategori yang terdiri dari pelatihan dan pembelajaran melalui Web – pelatihan yang dapat disampaikan melalui intranet, ekstranet atau Internet (Rosen, 2000, hlm. 20).

•E-learning adalah pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi komputer (biasanya Internet) (Henderson,2003, hlm. 2).

•E-learning pada dasarnya adalah transfer keterampilan dan pengetahuan yang dimungkinkan oleh jaringan. E-learning mengacu pada penggunaan aplikasi dan proses elektronik untuk belajar. Aplikasi dan proses e-learning termasuk pembelajaran berbasis web, pembelajaran berbasis komputer, ruang kelas virtual dan kolaborasi digital (Mihalca et al.,2008, hlm. 2).

Dalam konteks masalah pembelajaran dan kinerja, konsep e-learning dapat didefinisikan dari sudut pandang yang lebih luas dan komprehensif sebagai berikut: E-learning adalah penggunaan teknologi internet untuk menciptakan lingkungan belajar yang kaya yang mencakup berbagai macam instruksi dan sumber informasi dan solusi, dan juga untuk menyampaikan lingkungan ini. Dan tujuan dari e-learning adalah untuk meningkatkan kinerja individu dan organisasi. Dalam definisi ini, solusi instruksional dan informasi terjadi, sehingga aplikasi e-learning yang berbeda dalam lingkungan pelatihan dan non-pelatihan ditekankan. Di lingkungan pendidikan; konten kursus dan aplikasi digunakan dalam sistem yang relevan, bahkan pekerjaan rumah dan ujian dapat dilakukan secara elektronik. Di sisi lain, di lingkungan pendidikan non-pelatihan, selain pendidikan formal, juga diwujudkan pendidikan informal yang berarti menyediakan informasi yang diperlukan dan lingkungan kerjasama.

Dengan informasi kegiatan pendidikan formal ini bertujuan agar pegawai mengembangkan dan memperbaharui pengetahuannya. Misalnya, dokter membutuhkan banyak pelatihan formal. Namun, mereka juga belajar dengan cara lain, misalnya dengan membaca jurnal ilmiah, mengakses data penelitian medis baru, dll. Oleh karena itu, solusi instruksional mungkin tidak diperlukan dalam semua kegiatan pembelajaran (Rosenberg, 2005, hlm. 72). Seperti halnya konsep e-learning, ada juga sejumlah besar definisi dalam literatur mengenai jenis-jenis e-learning. Salah satu klasifikasi utama membagi kegiatan e-learning menjadi dua kelompok utama, synchronous dansynchronous e-learning. Dalam e-learning sinkron, komunikasi antara pengajar dan siswa dilakukan tanpa penundaan. Interaksi sinkron dapat diwujudkan melalui sesi obrolan, papan tulis elektronik kolaboratif, dll. (Rosen, 2000, p. 20). Dengan kata lain, dengan pembelajaran sinkron, semua siswa dan pengajar berada di lingkungan (virtual) yang sama pada waktu yang sama. Meskipun jenis pembelajaran ini tampaknya mirip dengan pembelajaran di kelas tradisional, di sini tidak ada kebersamaan secara fisik.

Fitur utama dari pembelajaran sinkron dapat diringkas sebagai berikut:

• Ini dipimpin instruktur,

• Ini kolaboratif. Siswa dapat “berbicara dan berinteraksi” satu sama lain,

•Terjadwal (sinkron). Setiap orang “ada” pada saat yang sama (Henderson, 2003, hlm. 132).

Dengan pembelajaran asinkron, instruktur dapat berkumpul dan berkomunikasi dengan kelompok siswa melalui Internet. Namun, tidak semua orang harus online pada saat yang bersamaan. Siswa sendirian dengan mempelajari materi pembelajaran, serta berinteraksi dengan pengajar dan siswa lain dengan meninggalkan pesan. Diharapkan pesan-pesan tersebut dijawab dalam jangka waktu tertentu, misalnya dalam beberapa jam. Dalam metode ini, siswa dapat bekerja sendiri, tetapi terus menyediakan komunikasi dengan instruktur atau kelompok siswa.

Ciri utama dari pembelajaran asinkron adalah:

• Dipimpin oleh siswa,

• Bersifat semi terjadwal (asinkron). Semua orang “ada”, tetapi tidak pada saat yang sama.

•Ini kolaboratif. Siswa dapat “berbicara dan berinteraksi” satu sama lain melalui pesan yang hidup (Henderson, 2003, hlm. 135-136).

MANAJEMEN PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN

Kerangka waktu yang kita jalani saat ini disebut beberapa nama yang berbeda, seperti era digital, era informasi ,zaman pengetahuan dll. Di zaman ini, ada sejumlah besar perkembangan penting dalam sifat ekonomi.Salah satu yang utama adalah bahwa struktur ekonomi tidak lagi didasarkan pada produk dan manufaktur berwujud, tetapi pada produk dan aset tak berwujud (pengetahuan, informasi , dan seterusnya). Dalam konteks ini, perbedaan antara aset berwujud dan tidak berwujud dan refleksinya pada hubungan ekonomi menjadi pertanyaan. Aset berwujud adalah aset yang terbatas/terbatas; mereka hanya dapat digunakan oleh satu orang pada satu waktu. Mereka menurun nilainya dengan menggunakan dan berbagi. Sebaliknya, pengetahuan yang merupakan aset tidak berwujud tidak terbatas, dapat digunakan oleh banyak orang pada saat yang sama dan meningkat dengan menggunakan dan berbagi. Selain itu, integrasi berbagai aliran pengetahuan dapat menghasilkan aset pengetahuan baru yang akan lebih disempurnakan dan memiliki nilai lebih. Di sisi lain, saat ini, manfaat yang ditawarkan oleh berbagi pengetahuan semakin meningkat dan fakta ini mengarah pada inisiatif kolaborasi yang meluas. Terlihat bahwa berbagi pengetahuan, misalnya dalam bentuk aliansi bisnis, diwujudkan secara luas di seluruh dunia, bahkan di antara para pesaing (Halal, 2006, hlm. 4).

Meskipun pentingnya pengetahuan dan makna strategisnya untuk organisasi diterima secara luas, tidak ada model manajemen pengetahuan yang diterima di seluruh dunia, karena karakteristik pengetahuan. Pertama, pengetahuan adalah konstruksi berbasis manusia yang berarti bahwa pengetahuan diciptakan dalam pikiran orang. Dalam penciptaan ini, faktor-faktor berbasis manusia seperti intuisi, kepercayaan, budaya, pengalaman, dll memainkan peran yang menentukan. Di sisi lain, makna pengetahuan bergantung pada konteks; pengetahuan memiliki arti khusus hanya dalam konteks tertentu. Konteks di mana pengetahuan dibuat, dibagikan, dan digunakan menentukan makna, masing-masing, pentingnya pengetahuan. Selain itu, manajemen pengetahuan (KM) merupakan pendekatan baru dibandingkan dengan pendekatan manajemen lainnya seperti manajemen kualitas total, manajemen sumber daya manusia dll, dan belum memiliki alat dan metode yang terbukti. Dalam konteks ini, teknologi baru misalnya perangkat lunak sosial harus diperiksa dalam kaitannya dengan potensi kontribusi mereka untuk praktik manajemen pengetahuan. Selain itu, pengetahuan merupakan aset tidak berwujud dan aset tidak berwujud tidak dapat dikelola secara langsung. Proses pengelolaan aset tidak berwujud hanya dapat dibentuk secara tidak langsung. Manajemen tidak langsung berarti bahwa kondisi relevan yang memengaruhi penciptaan pengetahuan, pengembangan pengetahuan, dan berbagi pengetahuan dianalisis dan ditingkatkan. Dengan cara ini, persyaratan yang berbeda untuk manajemen pengetahuan yang efektif harus dipenuhi (Probst et al., 1998; Kendal & Creen, 2007; Yılmaz, 2010). Dalam literatur, tujuan manajemen pengetahuan didefinisikan dari sudut pandang yang berbeda. Pemahaman umum dalam definisi tersebut adalah bahwa KM berkaitan erat dengan keunggulan bisnis, kemampuan bersaing dan inovasi organisasi, serta efisiensi/efektivitas proses. Untuk mencapai tujuan ini, KM berfokus pada manajemen produktif dari semua sumber daya tidak berwujud, misalnya aset pengetahuan individu, pengalaman, database, pengetahuan, dll. Poin penting lainnya yang terkait dengan KM adalah bahwa studi yang relevan dilakukan dalam kerangka strategi perusahaan (Bhatt, 2001; Nerdrum & Erikson, 2001; Beijerse, 1999; Mittelmann, nd; Probst et al., 2006; Riempp, 2003; Yılmaz, 2007; Yılmaz & Gürder, 2010).

Jika keunggulan bisnis diterima sebagai tujuan utama KM, itu dapat dibagi menjadi tujuan berbasis pengetahuan yang tercantum di bawah ini:

• Konversi pengetahuan individu menjadi pengetahuan organisasi: Ini melibatkan konversi pengetahuan, yang hanya ada di benak karyawan, menjadi aturan organisasi, standar, struktur dan teknologi.

• Penciptaan transparansi pengetahuan: Organisasi harus dapat menentukan kapabilitas yang dimilikinya saat ini dan yang harus dimiliki di masa depan. Dalam konteks ini, organisasi harus memimpin karyawannya untuk memperoleh keterampilan yang diperlukan.

• Fasilitasi operasi berbasis informasi: Ini memiliki peran penting mengenai pengelolaan data dan informasi yang merupakan elemen dasar pengetahuan. Pemrosesan yang benar dari data nyata, sehingga konversi data menjadi informasi yang akurat memungkinkan untuk memiliki pengetahuan yang akurat dan untuk memutuskan secara efektif. Oleh karena itu, pengetahuan dan keputusan dibuat berdasarkan data dan informasi yang ada.

• Pelestarian pengalaman penting: Dapat mengurangi ketergantungan pada orang dan secara substansial mencegah pengulangan kesalahan masa lalu

• Pengembangan sistem penilaian pengetahuan khusus organisasi: Karakteristik pengetahuan yang disebutkan di atas membutuhkan banyak usaha yang dihabiskan di bidang ini (Reinmann, 2001; Probst et al., 1998; Probst et al., 2006; Röhl & Romhardt, 1997; Yılmaz & Gürder, 2010).

INTEGRASI E-LEARNING DENGAN MANAJEMEN PENGETAHUAN

Pertanyaannya bagaimana mengintegrasikan e-learning dengan manajemen pengetahuan terkait erat dengan model manajemen pengetahuan yang mendasarinya. Seperti disebutkan di atas, tidak ada model manajemen pengetahuan yang terbukti berhasil dan diterima secara luas. Dalam studi ini, integrasi e-learning dengan manajemen pengetahuan ditangani berdasarkan model spiral pengetahuan yang dikembangkan oleh Nonaka dan Takeuchi (1995). Dalam model ini, pengetahuan tacit dan eksplisit mewakili dua tipe dasar pengetahuan. Menurut model ini, pengetahuan organisasi diciptakan dengan interaksi/konversi yang berlangsung terus menerus antara pengetahuan tacit dan eksplisit. Pengetahuan tacit didasarkan pada pengalaman pribadi, tidak dapat dengan mudah tersirat dan ditransmisikan, dan menggabungkan faktor-faktor khusus manusia seperti kepercayaan, perspektif, budaya, dll, yang tidak dapat ditafsirkan dengan jelas. Sebaliknya, pengetahuan eksplisit dapat dengan mudah diimplikasikan, diformalkan, dan dikomunikasikan. Orang yang memiliki jenis pengetahuan ini sadar memilikinya dan dapat membicarakannya. Modus interaksi/konversi antara pengetahuan tacit dan eksplisit adalah sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, dan internalisasi (Nonaka & Takeuchi, 1995).

Mode yang relevan dan potensi kontribusi sistem e-learning mengenai mode ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

• Sosialisasi: Dalam mode ini, pengetahuan tacit ditransfer antar individu melalui interaksi. Dengan kata lain, tacit knowledge diubah menjadi tacit knowledge lagi. Kompetensi dan keterampilan pengukuran memfasilitasi untuk menentukan orang-orang yang memiliki minat, keterampilan, dan pengetahuan khusus dalam organisasi.

•Eksternalisasi: Pengetahuan tacit diubah menjadi pengetahuan eksplisit dalam repositori. Sistem e-learning dapat menangkap pengetahuan untuk diajarkan kepada orang lain. Dengan cara ini, proses penangkapan pengetahuan dikembangkan.

• Kombinasi: Pengetahuan eksplisit diperluas dengan aset pengetahuan eksplisit lainnya. Pengetahuan tentang produk dan proses bisnis disusun untuk memungkinkan proses pembelajaran dilakukan secara lebih efektif dan efisien. Dalam konteks ini, teknik pedagogis digunakan.

• Internalisasi: Dalam mode ini, pengetahuan eksplisit yang dibutuhkan oleh orang atau kelompok tertentu diambil dari repositori dan ditransfer ke dia atau kelompok, di mana itu diterjemahkan ke dalam pengetahuan tacit. Pengukuran kompetensi dan keterampilan memudahkan untuk menentukan orang-orang yang kurang memiliki pengetahuan untuk melakukan tugasnya secara efektif dan untuk memberikan mereka pelatihan online. Sistem e-learning menyediakan penilaian dan metode pembelajaran alternatif untuk memastikan bahwa orang telah mempelajari pengetahuan (Woelk & Agarwal, 2002, hlm. 2).

Saat ini, sistem manajemen pengetahuan terutama berfokus pada perolehan, penyimpanan, pengambilan, dan pemeliharaan pengetahuan (misalnya pembaruan), sedangkan e -sistem pembelajaran seringkali bersifat monolitik dan tidak cukup mendukung pengembangan dan berbagi pengetahuan (Mihalca et al., 2008, hlm. 1). Namun, seperti disebutkan di atas, pengetahuan adalah konstruksi berbasis manusia dan penciptaan pengetahuan mengharuskan informasi yang relevan dipahami dan diinternalisasikan oleh orang-orang (Kendal & Creen, 2007). Peserta didik memperoleh informasi dan proses pengalaman. Dalam proses ini, informasi dan pengalaman baru ditambahkan ke dalam basis pengetahuan pelajar. Selain itu, dalam memperoleh informasi dan memproses pengalaman, pelajar merasakan, memilih dan mengintegrasikan informasi dan pengalaman baru ke dalam basis pengetahuan saat ini dan dengan demikian, dia mengubahnya. Selain itu, “peserta didik memilih dan mengkonstruksi pengetahuan yang berguna dan sesuai untuk dirinya sendiri dan pada gilirannya menggunakan ini untuk mendorong dan menentukan proses belajar berkelanjutannya sendiri”. Selain itu, “proses belajar dapat dilihat sebagai proses untuk…belajar yang menjadi proses interaksi individu antara individu dengan lingkungannya, di mana realitas subjektif pembelajar dikonstruksi secara aktif”. Oleh karena itu, jika teknologi komputer akan digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang seharusnya mengembangkan dan menciptakan pengetahuan, maka diperlukan proses pedagogis baru. Di sisi lain, dengan kecenderungan pengembangan berorientasi teknologi, penyebaran dan perolehan informasi difokuskan (Mihalca et al., 2008, hlm. 2-3). Perbedaan terpenting antara e-learning dan sistem manajemen pengetahuan adalah bahwa mereka memiliki tujuan yang sama sekali berbeda. Sistem e-learning mencoba untuk menyediakan konten pembelajaran terstruktur dan kemungkinan interkomunikasi untuk topik tertentu sehingga pelajar didukung untuk mengembangkan pengetahuan mereka. Di sisi lain, sistem manajemen pengetahuan memberikan pengetahuan melalui sistem manajemen konten yang memiliki fasilitas pencarian dan pengurutan, serta kemungkinan kolaborasi dengan para ahli dan pengguna lain dalam berbagai topik (Ausserhofer, 2002; Putzhuber, 2003, hlm. 10). Dalam beberapa tahun terakhir, banyak penelitian yang bertujuan untuk mengintegrasikan sistem e-learning dengan manajemen pengetahuan telah dilakukan. Dalam konteks ini, fokus umum dari e-learning dan manajemen pengetahuan dapat dinyatakan sebagai berikut: Bagaimana pengetahuan manusia dan penggunaannya dalam organisasi dapat ditingkatkan? (Dongming & Wang, 2005, p. 4).

Putzhuber (2003, p. 10) mendefinisikan poin umum dari sistem ini sebagai berikut:

• E-learning dan sistem KM memberikan pengetahuan dalam bentuk yang berbeda kepada pengguna. Konten ini dapat digunakan kembali, diberi anotasi, dimodifikasi atau apa pun yang diperlukan untuk pendekatan yang berbeda.

• Arsitektur sistem hampir sama untuk kedua konsep. Ini adalah arsitektur client-server dengan kompleksitas tinggi di bagian server sedangkan klien kurang lebih yang tipis.

•Untuk kedua sistem sangat penting untuk menyediakan fasilitas komunikasi dan kerjasama. Ini bervariasi dari e-mail melalui obrolan ke forum atau bentuk kerjasama lainnya.

• Personalisasi juga memainkan peran penting untuk kedua pendekatan. Sistem yang relevan untuk kedua konsep tersebut mendukung beberapa jenis personalisasi baik berbasis peran atau berorientasi pada orang.

•Terakhir namun tidak kalah pentingnya, beberapa jenis peraturan akses tersedia, baik untuk kelompok atau orang tertentu. Sangat penting untuk hanya memberikan informasi spesifik kepada pengguna dan grup tertentu.

Dalam kerangka poin umum yang disebutkan di atas, terlihat bahwa hubungan yang lebih baik antara sistem bergantung pada desain konten yang dapat digunakan untuk kedua sistem. Selain fungsi pengajarannya, konten e-learning harus dirancang untuk memberikan informasi dalam konteks yang dikategorikan dan terstruktur. Persyaratan dan tujuan ini juga dimiliki oleh sistem manajemen pengetahuan. Selain itu, ada kemungkinan bahwa isi dari sistem KM dapat dinilai sebagai semacam gudang untuk isi dari sistem e-learning. Dalam kasus seperti itu, hanya metadata tambahan dan spesifik yang diperlukan. Selain itu, pengetahuan yang dikumpulkan oleh sistem manajemen pengetahuan dapat digunakan sebagai kursus dalam sistem e-learning. Topik banyak pengguna manajemen pengetahuan ingin tahu dan perlu mengembangkan pengetahuan mereka tentang dapat dengan mudah ditentukan berdasarkan evaluasi statistik (Putzhuber, 2003, hal. 11). Integrasi e-learning dengan proses manajemen pengetahuan dapat menciptakan sinergi untuk secara signifikan meningkatkan penciptaan baru pengetahuan dan kinerja proses pembelajaran. Seperti disebutkan di atas, pertanyaan bagaimana mengintegrasikan e-learning dengan manajemen pengetahuan terkait erat dengan pengetahuan yang mendasarinya proses manajemen masing-masing dimodelkan. Jika proses-proses tersebut dinyatakan sebagai knowledge creation, knowledge structuring, dan knowledge diseminasi, maka dapat dilihat bahwa penyebaran dan penciptaan pengetahuan terjadi dalam e-learning. Namun, hubungan antara penyebaran pengetahuan dan penciptaan agak lemah dari sudut pandang organisasi. Di satu sisi, pengetahuan (individu) baru yang diperoleh dengan belajar tidak cukup dibuat eksplisit. Di sisi lain, ada kekurangan mekanisme penataan yang memungkinkan untuk mengambil dan menggunakan kembali aset pengetahuan yang dibuat oleh orang lain. Dalam konteks ini, konversi pengetahuan tacit menjadi pengetahuan eksplisit dan penerapan mekanisme penataan pada sumber belajar sangat penting untuk integrasi e-learning dengan manajemen pengetahuan (Angkasaputra et al., 2004, hlm. 4-5). integrasi sistem e-learning dan manajemen pengetahuan, model manajemen pengetahuan yang menjadi dasar harus ditentukan terlebih dahulu. Bagaimana integrasi ini dapat diberikan harus dievaluasi dalam kerangka model terkait. Integrasi tersebut pada dasarnya dapat dijelaskan sebagai berikut, berdasarkan Model Spiral Pengetahuan Nonaka dan Takeuchi: Integrasi staf (karyawan) ke prosedur yang efektif ditentukan sehubungan dengan peta sumber pengetahuan dan domain pengetahuan. Staf berbagi keahlian dan pengetahuan mereka satu sama lain melalui opsi interaksi dan kolaborasi yang disediakan oleh sistem; opsi ini dapat berupa ruang obrolan, forum diskusi, dan rapat koordinasi melalui panggilan internet. Kemungkinan baru untuk interaksi dan komunikasi yang disediakan oleh sistem manajemen pengetahuan pasti akan meningkatkan efisiensi pada tahap ini (sosialisasi). Langkah selanjutnya adalah transformasi tacit knowledge menjadi pengetahuan eksplisit; dimana pengetahuan dan pengalaman yang dibagikan oleh staf pada tahap sebelumnya, harus disimpan dalam sistem e-learning. Prosedur penyimpanan harus dilakukan dalam kerangka sistem penataan dan klasifikasi tertentu. Sistem manajemen konten dan peta struktur pengetahuan dapat berguna pada tahap ini (eksternalisasi). Seperti disebutkan di atas, salah satu fungsi yang paling penting dari sistem manajemen pengetahuan adalah untuk memberikan pilihan untuk penataan dan klasifikasi pengetahuan. Kombinasi sukses dari pengetahuan eksplisit yang diperoleh melalui proses, dengan pengetahuan yang sudah ada yang akan dicapai, baik melalui sumber intra atau antar institusi , harus dipertahankan. Sistem manajemen pengetahuan dapat memiliki kontribusi penting pada tahap ini juga, karena akuisisi pengetahuan, pengambilan dan pemeliharaan adalah salah satu fungsi utama mereka. Di sisi lain, sistem manajemen pengetahuan juga mendukung pengembangan konten melalui jaringan di dalam sistem. Kombinasi pengetahuan yang sudah mapan dengan metode pedagogis sangat penting pada tahap ini (kombinasi). Pada tahap akhir dari model knowledgespiral, pengetahuan eksplisit diubah menjadi pengetahuan tacit dan proses ini disebut internalisasi. Sebelum pindah ke tahap ini, alat manajemen pengetahuan seperti peta aset pengetahuan dan peta aplikasi pengetahuan dapat digunakan untuk menentukan kepada siapa pengetahuan tersebut. atau jaringan harus disampaikan. Mereka yang bersangkutan dapat dengan mudah mencapai pengetahuan yang disimpan oleh orang lain melalui mekanisme penataan dan pengambilan yang disediakan oleh sistem manajemen pengetahuan dan karenanya mengevaluasi pengetahuan ini bersama-sama dengan yang disediakan oleh sistem e-learning. Dengan demikian, kontribusi signifikan diberikan untuk pembentukan skema baru (internalisasi)

Kategori
Diklat Ilmiah Innovation Kerja Manajemen Pengetahuan

Membuat pekerja berpengetahuan menjadi produktif membutuhkan perubahan dalam sikap


Gambar mungkin berisi: teks


“Membuat pekerja berpengetahuan menjadi produktif membutuhkan perubahan dalam sikap, tidak hanya secara individu, tetapi menjadi bagian dari seluruh organisasi.” – Peter F. Drucker

Perusahaan dan institusi memiliki kepentingan dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerjanya. Produktivitas yang meningkat berarti kemampuan untuk berbuat lebih banyak tanpa menambah jumlah pegawai. Tapi lebih dari itu, Pekerja berpengetahuan menerapkan pengetahuan untuk bekerja.


Pekerja berpengetahuan bisa saja seorang dokter, petugas perbaikan robotik, manajer penjualan, manajer pemeliharaan, spesialis bidang kualitas, peneliti pasar, seniman grafis, dan sejenisnya. Daftar ini hampir tidak ada habisnya mengingat komposisi tenaga kerja berbasis pengetahuan saat ini.


Mari kita perjelas di sini. Informasi bukanlah pengetahuan. Hanya jika informasi digunakan dengan baik maka informasi itu dapat menjadi PENGETAHUAN. Mungkin Oscar Hammerstein mengatakannya dengan baik: “Lonceng bukanlah bel sampai Anda membunyikannya. Sebuah lagu bukanlah sebuah lagu, sampai Anda menyanyikannya.”

Kategori
Corporate E-Learning Innovation Manajemen Pendidikan Telematika

Success Stories in Corporate Learning and Development

Dikutip dari sini, Dalam bukunya “HRM in Knowledge Economy”, Mark Lengnick-Hall dan Cynthia Lengnick-Hall mengatakan belakangan ini fungsi manajemen sumber daya manusia (SDM) di banyak organisasi bersifat dangkal. Mereka cenderung hanya berusaha melakukan pekerjaan rutin secara lebih baik dan efisien daripada mengevaluasi peran dan kontribusi mereka dalam rangka menyongsong era bisnis baru menuju Human Capital Management (HCM).

Hannah Hager

It took one initiative: Making Red Hat University Managers more aware and passionate about using education as a retention tool for great talent to make a significant impact on their employees. Michael Paquin, Director of Red Hat University, says the number of unique sales department students to attend their university training classrooms, LMS and other sites increased from a few hundred to over 2,000 in one year alone. This, just from inserting some excitement in their managers. Further, the average quantity of training consumed per-person also jumped from low single-digits to mid-teens globally. Read on for more information on Michael’s achievements or see how you can hear him in person

HH: What were your biggest ‘wins’ and ‘lessons learned’ from launching a global training and performance enablement program from the ground up?

MP: The most important lesson I’ve learned recently is that collaboration attracts commitment. The most successful…

Lihat pos aslinya 1.166 kata lagi

Kategori
IMTelkom Innovation Lecture Manajemen Telematika

Creative Management: “Creativity Foster Innovation” Part-2

[youtube http://www.youtube.com/watch?v=YWgG9roR3ok]

Creativity Involves:

– Concepts: ideas and/or technologies

– Competences: the repertoires of skills and abilities of individuals (and the opportunity to use these skills in the organisation).

– Connections: the relationships which individuals, teams and organisations create (networks). Sustained by collaboration and can be re-configured as new ideas emerge/are created. (Kanter 1999)

This Creative Management lectures ended with our performance with sing a song “Creativity Foster Innovation”……..

Kategori
Business Diklat E-Learning Ilmiah Innovation Manajemen Pendidikan Telematika

Masa Depan Pengembangan Modal Manusia dan Pembelajarannya

Konsep Human Capital (Modal Manusia)

Sumber daya yang unik dengan keunggulan kompetitif  berbentuk pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan pengalaman yang memberikan dasar bagi individu membedakannya dari  karyawan lainnya sebagai sumber daya organisasi.

MEMBANGUN KEMAMPUAN STRATEGIS

Kemampuan strategis adalah kemampuan untuk menciptakan nilai berdasarkan aset tidak berwujud perusahaan. Ini akan membuat perbedaan di mana perusahaan berhasil atau gagal.

KARAKTER SDM YANG KOMPETEN DLM ORGANISASI

“Continuous learning can be enhanced when people are proactive, reflective and creative in their learning.. Through action and reflection, people process what they perceive when they learn”~ Watkins & Marsick, 2003

PERUSAHAAN SEBAGAI ORGANISASI PEMBELAJARAN

Organisasi yang memberdayakan manusia di dalam maupun di luar organisasi secara terus menerus  untuk belajar dan  menemukan bagaimana ia mengkreasikan serta mentransformasikan agar dirinya lebih baik dan mengubahnya menjadi kenyataan . (Senge,2000) (Marquardt, 2006).

Learning organization is an organization that  facilitates of all its members, continuously and always in the right place at consciously transforms itself the right time to take and its context (Pedler et.al. advantage of enviromental 2007)

MODEL DASAR PEMBELAJARAN

  1. Individual Learning: Menggambarkan perubahan keahlian, pengetahuan, perilaku dan sistem nilai yang diperoleh pegawai melalui belajar mandiri, instruksi via teknologi, pencerahan dan observasi.
  2. Team Learning: Menggambarkan peningkatan keahlian, pengetahuan dan kompetensi yg dapat di dalam kelompok melalui proses pengambilan keputusan, refleksi, umpan balik dan membuat perubahan untuk mengadaptasi perubahan.
  3. Organization Learning: Menghasilkan peningkatan kemampuan intelektual dan produksi melalui komitmen terus menerus yang terjadi via pencerahan yang dibagi , pengetahuan dan model mental.

Kategori
Business Diklat E-Learning IMTelkom Innovation Kuliah Lecture Manajemen Pendidikan Telematika

Innovation: Oxygen of Balanced Scorecard and Key Performance Indicators

 

Innovation and Entrepreneurship

 

Last Tuesday I have one full day session as lecturer of Corporate Development Management Magister (MM_Cordev) students @IMtelkom on “Innovation & Entrepreneurship”. I commenced lecture especially on topicf of “Innovation, Creating & Sharing Knowledge”.

 

“Innovation is the process by which new ideas are successfully exploited to create economic, social and environmental value” refer to BIS (2011).  On the other hand Gurling said: “Innovation is the process of successfully bringing something new into use, to a market/community, that satisfies need/latent demand”. Innovation is therefore an essential ingredient to a free-market economy to encourage growth in demand and supply as basic economics.

 

Innovation creates value of Economic, Financial, Social, Environmental and Aesthetic. As told by (Kuhn,1985): “Creativity forms something from nothing but that innovation shapes that something into products & services“. Steve Johnson have strategic and interesting questions on his film: Where do ideas come from? What sparks the flash of brilliance? How does groundbreaking innovation happen? 

 

Its also mean Design links creativity+innovation. Shapes ideas practical and attractive propositions for customers. Design described as creativity specific end. So, Idea/Invention form Design Application/Prototyping/Piloting which become Innovation.

 

 

Balanced Scorecard for Port Management

 

Conjunction with my lecture above, I have Balanced Scorecard for Port Management training session for Pelindo-3.  This institution is one of state owned corporation which operate several big port in Indonesia which has Headquater at Surabaya.

 

The balanced scorecard translates an organization’s mission and strategy into a comprehensive set of performance measures. The balanced scorecard does not focus solely on achieving financial objectives. It highlights the nonfinancial objectives that  an organization must achieve in order to meet its financial objectives.

 

This training explain of Balanced Scorecard for Port Management whose mission is achieving a significant leap in knowledge and application of methodologies simulation,  and improving the capacity port of container terminals  (PCT), their performance and service level.

 

The strategy unfolds in achieving five objectives:
  • identifying the increasing of the PCT as a nodal system within the frame of the port logistics chain,
  • analysing the feasibility of introducing technological innovations (automation) and management innovations.
  • measuring performance, capacity and service levels offered by the PCT,
  • customizing the Balanced Scorecard tool for the PCT and,
  • developing an appropriate simulation model.
Kategori
Business Diklat E-Learning IMTelkom Innovation Jakarta Kerja Kuliah Leadership Lecture Manajemen Pendidikan Proyek Telematika Widyatama Wirausaha

Aktifitas Yang Padat Minggu Ini: Bersatunya #HumanCapital #KnowledgeManagement #eLearning #Creativity #Innovation #Entrepreneurship dan #Networking

Minggu ini aktitas saya sangat padat. Itu termasuk kegiatan untuk UIN Jakarta,Bappenas, IMTelkom, UPN, salah satu Bank di SCBD dan Universitas Widyatama …… Belum termasuk “Remote Support” untuk Perusahaan Pertambangan di Sumbawa 🙂
Kegiatan awal minggu dimulai dengan pendampingan #eLearning untuk dosen Fakultas Kedokteran UIN Jakarta. Dalam diskusi tersebut dapat disimpulkan manfaat e-Learning diantaranya sbb:
  1. Dapat memantau proses belajar ==> kemajuan individual terekam ==> feedback 
  2. Dapat mengakomodasi 3 macam learning styles: auditory, visual, dan kinesthetic.
  3. Dapat mengakomodasi kecepatan belajar pemelajar: lambat s/d cepat.
  4. Mengembangkan berbagai learning dan soft skills Mahasiswa
  5. Menjadikan Mahasiswa bertanggung jawab atas proses belajarnya sendiri ==> self-regulating learner

Hari yang sama dilanjutkan dengan Kuliah Applied #Networking 3 untuk mahasiswa Teknik Informatika Universitas Widyatama yang membahas Open Source Router ……. Berikut  ini adalah beberapa software router yang gratis / free routing software yang saya mintakan mahasiswa untuk mempelajarinya sebagai alternatif “Proprietary Router”:

  1. IPCop: A secure Linux distribution managed through a web-interface. It turns an old PC into a firewall and VPN gateway. Features an Intrusion Detection System.
  2. Vyatta: Simply put, Vyatta has commoditized router, firewall and VPN deployment in the same way that Linux commoditized the operating system market. Vyatta open-source networking offers you an alternative to over-priced, inflexible products from proprietary vendors.
  3. pfSence: pfSense is a free, open source customized distribution of FreeBSD tailored for use as a firewall and router. In addition to being a powerful, flexible firewalling and routing platform, it includes a long list of related features and a package system allowing further expandability without adding bloat and potential security vulnerabilities to the base distribution.
  4. Zebra: GNU Zebra is free software that manages TCP/IP based routing protocols. It is released as part of the GNU Project, and it is distributed under the GNU General Public License. It supports BGP-4 protocol as described in RFC1771 (A Border Gateway Protocol 4) as well as RIPv1, RIPv2 and OSPFv2.
  5. XORP: XORP is the industry’s only extensible open source routing platform. It is in broad use worldwide, with thousands of downloads by companies and educational institutions and an active international developer community.
  6. Open Router: ORP is a stand-alone GNU/Linux distribution which aims to be a complete PC-based router solution.

Hari kedua diisi dengan diskusi Rencana Implementasi #eLearning Bappenas. Diskusi diisi dengan pembicaraan E-Learning dari sisi “People, Process and Technology”. Hal ini sesuai dengan rencana Bappenas dengan tujuan:

Meningkatkan kompetensi dam produktivitas serta profesionalitas perencana pemerintah di seluruh Indonesia, dalam rangka peningkatan kapasitas instansi perencana pemerintah di pusat dan daerah, sehingga kualitas output dari instansi perencanaan akan meningkat sesuai dengan harapan masyarakat

Hari ketiga saya terbang ke Pasca Sarjaba IM-Telkom untuk menyampaikan kuliah “Creativity Management”. Seperti kita ketahui Kreatifitas dapat diartikan sebagai:

Daya cipta atau kreativitas adalah proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau anggitan (concept) baru, atau hubungan baru antara gagasan dan anggitan yang sudah ada.

Dari sudut pandang keilmuan, hasil dari pemikiran berdayacipta (creative thinking) (kadang disebut pemikiran bercabang) biasanya dianggap memiliki keaslian dan kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi sehari-hari dari daya cipta adalah tindakan membuat sesuatu yang baru.

Daya cipta dalam kemasakinian sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor: keturunan dan lingkungan.

Berikutnya adalah menjadi Pemateri untuk dosen dan tenaga Pusat e-Learning UPN Jakarta. Disini saya membahas Kebijakan dan Manajemen Strategi yang sangat mendukung sukses tidaknya implementasi e-Learning di dunia akademis. Kata kuncinya adalah:

 

E-Learning will be used or not depends on government policy in education and how users view or assess the e-learning.

Generally the use of these technologies depends on: (1). Is the technology was already a requirement?, (2). Is adequate supporting facilities?, (3). Is supported by adequate funding?, and (4). Is there support from policy makers?

 

 

Kemudian setelah menginap di Kalibata City, saya meluncur ke salah satu Bank di SCBD untuk berdikusi pentingnya pengembangan “Human Capital” dengan bantuan  #KnowledgeManagement  dan #eLearning. Adapun materi yang disampaikan adalah :

 

  1. Human Capital Management melalui E-Learning dan Knowledge Management
  2. Analisis Kebijakan dan Strategi E-Learning dan KM di Perusahaan
  3. Mengembangkan Roadmap, Organisasi dan SDM E-Learning di Perusahaan
  4. Model-Model Pengembangan Sistem Manajemen Pelatihan berbasis E-Learning

 

Terakhir, hari ini dari jam 08.00-16.00 saya mengajar Kewirausahaan untuk mahasiswa Akuntansi Universitas Widyatama dengan topik “Manajemen Keuangan & Pembiayaan Usaha”. Dibahas dalam kuliah ini “Konsep Pengelolaan Keuangan Untuk Start-up Business” melalui studi kasus:
Bagong seorang pemuda desa yang memiliki mimpi yang besar. Meskipun berasal dari desa, Bagong bermimpi 20 tahun yang akan datang dapat memiliki restoran yang tersebar di seluruh Indonesia. Untuk mewujudkan mimpinya tersebut Bagong harus memulai langkah pertama, yaitu membangun restoran pertamanya. Bagong percaya, dengan resep masakan bebek goreng warisan dari eyangnya restoran yang akan dia buka akan diminati oleh masyarakat. 
Kategori
Diklat E-Learning Ilmiah Innovation Leadership Manajemen Pendidikan Telematika

MANAJEMEN STRATEGI E-LEARNING DAN KNOWLEDGE MANAGEMENT MENUJU SDM KOMPETITIF

Tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kompetensi serta skill memadai untuk menunjang perusahaan adalah maksud disediakannya sistem e-learning di korporat. SDM adalah faktor utama keberhasilan perusahaan untuk merealisasikan visi dan misinya. Untuk itu SDM perlu dibangun. Salah satu cara membangunnya adalah mengimplementasikan sistem e-learning dan Knowledge Management.

Supaya implementasi bisa berjalan sesuai harapan, harus dibuat kerangka strategi implementasinya. Dalam hal tersebut, strategi adalah sekumpulan aksi-aksi terintegrasi yang diarahkan untuk menambah atau meningkatkan kemampuan serta kekuatan enterprise relatif terhadap kompetitor (Porter, 2000).

Tanpa strategi, seorang implementor e-learning dan Knowledge Management tidak akan memiliki hal-hal berikut:

  • Tidak memiliki resep untuk melakukan implementasi,
  •  Tidak memiliki roadmap untuk keunggulan kompetitif,
  • Tidak memiliki game plan untuk memuaskan stakeholder atau mencapai goal kinerja.

Tiga proses yang mendukung penetapan suatu strategi :

1.       Pemikiran strategis : kreatif, pandangan entrepreneur,

2.       Perencanaan strategis : sistematis, komprehensif, analisis untuk membuat rencana/tindakan,

3.       Pengambilan keputusan: reaksi efektif terhadap peluang dan ancaman yang tidak dikehendaki;

Kaitannya dengan strategi, peranan sistem teknologi informasi atau sistem informasi, IT/IS adalah adalah untuk menerapkan strategi yang dipilih dan juga sebagai enabler untuk strategi bisnis baru atau strategi yang hanya bisa diterapkan dengan alat bantu teknologi informasi.