Kategori
Corporate Government Kebijakan Kehidupan Leadership Manajemen

Kita Membutuhkan Pemimpin yang dapat Merangkul Kompleksitas dan Ambiguitas

Tantangan yang kita hadapi saat ini tidak pernah begitu luas, tanpa henti dan begitu membingungkan. Dari transformasi digital, hingga pergolakan ekonomi dan kesehatan, hingga perubahan sosial dan lingkungan, kebutuhan akan kepemimpinan sejati, di dunia baru, tidak pernah lebih mendesak.

Kita membutuhkan pemimpin yang dapat merangkul kompleksitas dan ambiguitas. Siapapun yang bisa mengatasi hal yang tak terpecahkan. Namun menjadi pemimpin di zaman ini juga menuntut empati, kasih sayang, dan pengertian. Kita butuh pemimpin yang bisa kita percaya. Yang benar-benar peduli dan terhubung dengan kita. Pemimpin yang bisa memberi energi perubahan. Siapapun yang bisa memanfaatkan kekuatan semua orang. Dan memberdayakan kejeniusan kolektif yang kita butuhkan untuk berhasil. Kita membutuhkan pemimpin manusia yang radikal memikirkan masa depan yang lebih baik.

Menurut Fiedler (1967) Kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola hubungan antara individu-individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok orang agar bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan dalam organisasi atau perusahaan. Menyiapkan seorang pemimpin masa depan yang ideal untuk perusahaan atau organisasi merupakan sebuah prioritas yang sangat penting untuk dilakukan. Pemimpin yang baik akan bisa membuat organisasi atau perusahan yang ia pimpin semakin maju dan berkembang.

Menurut Prof. Husaini Usman (2020) dalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan efektif : teori, penelitian, & praktik, menyatakan ada dua teori tentang sifat kepemimpinan, yang pertama, menyatakan bahwa sifat kepemimpinan merupakan bawaan dari lahir dan yang kedua adalah sifat kepemimpinan itu sesuatu yang harus dipelajari dan dibentuk oleh pengalaman, lingkungan, dan pendidikan dalam situasi dan kondisi tertentu. di artikel ini akan lebih fokus membahas tentang sesuatu yang harus dipelajari dan dikuasai oleh seorang pemimpin.

Membentuk skill kepemimpinan perlu dibangun untuk kesuksesan tim dan perusahaan/organisasi dimasa depan.

Dunia membutuhkan pemimpin yang bisa menginspirasi orang lain untuk mengikuti mereka. Untuk menjadi pemimpin yang baik, kamu perlu mengembangkan skill ini.

Bagaimana kita menjadi pemimpin masa depan yang baik? Bacalah artikel ini untuk menemukan tujuh langkah menjadi pemimpin masa depan.

1. Jujur
Kejujuran merupakan hal mendasar dan syarat mutlak bagi seorang pemimpin. Untuk menjadi seorang pemimpin masa depan yang baik harus bisa memegang amanat yang harus dijalankan sebaik mungkin.

Dengan memiliki sifat jujur, karyawan atau anggota tim akan lebih percaya dan dapat bekerja dengan tenang dan aman. Sifat jujur juga yang menjadi kunci penting dalam mengembangkan sebuah perusahaan ataupun organisasi.

2. Mempunyai Sifat Kreativitas Yang Tinggi
Di zaman sekarang ini dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat, kita dituntut untuk memiliki kreativitas yang tinggi. kebuntuan dalam sebuah perusahaan/organisasi seringkali ditemukan, untuk itu.seorang pemimpin yang baik harus bisa mengatasi kebuntuan-kebuntuan yang sedang dihadapi oleh organisasi/perusahaan dengan jiwa kreatif nya.

3. Tidak sekedar memberi perintah
Menjadi seorang pemimpin masa depan yang ideal, kamu harus bisa memberi contoh kepada para anggota, dari mulai mengubah cara anggota dalam berpikir ke arah yang positif dan kreatif, memberi contoh tentang berperilaku baik dan bisa memberi inspirasi anggota tim kamu agar bisa maksimal dalam menjalani tugasnya. Kamu harus bisa mendidik, melatih, berkomunikasi dengan efektif dan efisien. Jadilah mentor untuk para anggota, bukan hanya memberi instruksi, tapi. ajari mereka

4. Minta masukan dan tanggapan tentang kepemimpinan Anda
Saran dan tanggapan dari anggota tim atau karyawan merupakan hal yang penting untuk menilai efektivitas dari kepemimpinan yang sedang kamu jalani. Mintalah kepada anggota tim atau karyawan untuk memberikan tanggapan dan masukan secara jujur tentang kepemimpinan kamu. Tanggapan dan masukan yang diberikan oleh anggota akan memberikan perspektif lain untuk dijadikan sebagai referensi untuk bisa berubah ke arah yang lebih baik

5. Kemampuan Retorika (keahlian berbicara/komunikasi)
Seorang pemimpin harus bisa menguasai skill komunikasi yang baik agar bisa menyampaikan gagasan, pendapat ataupun ide dengan jelas. Bayangkan jika seorang pemimpin memiliki kemampuan komunikasi yang buruk, pasti para anggota/karyawan kebingungan dalam mencerna apa yang disampaikan, pada akhirnya organisasi/perusahaan yang ia pimpin tidak akan maju.

6. Terbuka dengan ide-ide dan gagasan baru
Seorang pemimpin masa depan yang ideal harus sadar bahwa perubahan selalu ada dihadapan mereka. Seorang pemimpin harus terbuka dengan ide-ide dan gagasan baru serta harus bisa berpikir alternatif dan juga kreatif. Ketika rapat misalnya, seorang pemimpin harus bisa mengakomodir ide dan gagasan yang dikeluarkan oleh para anggotanya karena setiap orang memiliki pemikiran yang unik dan beragam. untuk itu seorang pemimpin harus bisa mengamati perspektif unik dari anggotanya untuk kemudian dijadikan amunisi dalam meraih kesuksesan perusahaan/organisasi

7. Memiliki Critical Thinking
Seorang pemimpin harus berpikir kritis agar bisa berpikir secara logis dan mendalam sebelum akhirnya ia memberi keputusan yang paling tepat untuk perusahaan/organisasi nya.

Referensi:

Fred E. Fiedler and Martin M. Charmer, Leadership and Effective Management, (Glenview illinois: Scott, Foresman and Company, 1974).

Kategori
Business Corporate Kebijakan Kehidupan Leadership Manajemen Pemikiran

Penerapan Manajemen Strategi 22 Sun Tzu: Tutup pintu untuk menangkap pencuri

Strategi Sun Tzu:

Strategi 22 – Tutup pintu untuk menangkap pencuri. Jika anda memiliki kesempatan untuk menangkap seluruh musuh maka lakukanlah, sehingga dengan demikian pertempuran akan segera berakhir. Membiarkan musuh untuk lepas akan menanam bibit dari konflik baru. Akan tetapi jika mereka berhasil melarikan diri, berhati-hatilah dalam melakukan pengejaran.

Di tengah terpuruknya perekonomian Indonesia, akibat melemahnya nilai Rupiah terhadap Dollar Amerika, menyebabkan beberapa perusahaan mengalami permasalahan, terutama perusahaan-perusahaan yang menggunakan bahan bakunya dari luar negeri sedangkan pasarnya adalah pasar lokal. Tetapi ada beberapa perusahaan yang tidak terpengaruh dengan situasi seperti ini, misalnya bisnis property.

Untuk mengatasi situasi persaingan seperti saat ini Sun Tzu Art of War merupakan salah satu strategi yang bisa digunakan untuk memenangkan persaingan. Sun Tzu adalah merupakan proses perencanaan strategi. Strategi jitu yang dilakukan perusahaan akan berdampak positif pada kinerja perusahaan.

Ada 12 jurus Sun Tzu yang bisa diterapkan di dalam menentukan strategi, yaitu:

1) Hormati Pelanggan. Pelanggan itu bukan musuh, kita harus mengetahui dan mengerti siapa pelangan kita.

2) Cermati Pasar. Definisikan medan persaingan. Siapa pasar kita, siapa pelanggan kita dan siapa pesaing kita. Seperti yang dilakukan Korea, perusahaan-perusahaan Korea mempelajari apa yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan Jepang. Sehingga tidak semua barang yang dihasilkan dipasarkan di daerah sasaran, karena melihat siapa pelanggan dan pesaingnya.

3) Tetap Fokus Pada Sasaran. Tentukan sasaran, apakah untuk memenangkan pertempuran, memenangkan peperangan ataukah mencari pasar baru. Yang paling menguntungkan adalah menemukan pasar baru. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan inovasi.

4) Amankan Posisi. Kita harus mengetahui dimana posisi persahaan kita, bukan hanya sekedar pemimpin pasar tetapi menemukan sesuatu yang baru.

5) Menyerang. Pertahanan yang terbaik adalah menyerang terlebih dahulu. Perusahaan harus tahu apa yang diserang dan harus mengetahui siapa musuhnya. Air mineral dalam kemasan botol, E****, diluncurkan tahun 1996, persis pada saat krisis moneter, dipasarkan di hotel-hotel berbintang. Hal ini membuat air mineral tersebut menjadi air mineral premium pertama.

6) Kejutan. Strategi yang jitu, akan mengejutkan musuh, mengagetkan pelanggan dan mempertahankan posisi.

7) Manuver. Harus cepat mengambil tindakan responsif. Setelah itu mengambil tindakan untuk menghindari. Mie S**** menjual mi dg harga murah, menjual 40 bungkus, diberi bonus 8 bungkus, dilawan oleh I******* dengan member bonus 8 piring untuk pembelian 1 kardus berisi 40 bungkus.

8) Konsentrasikan Sumber Daya. Perusahaan mengutamakan asumber daya manusia ataukah jumlah manusia. Sehigga harus memilih dan menempatkan orang yang tepat, serta menggunakan kompetensi untuk kompetisi.

9) Daya Saing Ekonomis. Perusahaan harus mampu mengefisienkan biaya, karena saat ini adalah era low of cost. Hyundai Excell $ 5.500 dan Honda Excellent $ 8.000. yang dibidik Hyundai adalah pasar yang berbeda dengan pasar Honda, padahal kualitas jauh di bawah Honda. Pasar yang berbeda membuat perusahaan diuntungkan.

10) Struktur Komando. Struktur komando yang baik ditunjukkan oleh pemimpin yang berkualitas, dimana keputusan cepat diambil. Pada situasi ini, informasi yang didapatkan secaara top down maupun bottom up berjalan dengan baik.

11) Kepemimpinan. Criteria pemimpin yang baik adalah mempunyai karakter, kompeten di bidangnya, mempunyai komitmen dan konsisten. Sebagai pemimpin, kita harus memberi contoh, keteladanan.

12) Sederhanakan. Kompleksitas itu mengakibatkan komplikasi, berfikirlah secara menyeluruh kemudian buat sesederhana mungkin.

Kategori
Jakarta Kebijakan Kerja Komunikasi Leadership Liputan Manajemen Pemikiran Pendidikan Pengetahuan Tokoh

Sorotan Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) dan masyarakat terhadap kinerja polisi

Saat ini polisi sedang menjadi pusat perhatian masyarakat Indonesia yang sangat besar kepentingannya dengan penegakan hukum dan HAM.

Kata polisi berasal dari Politeia, adalah sebuah judul buku yang ditulis oleh Plato, seorang filsuf Yunani Kuno. Buku itu berisi tentang teori dasar polis atau Negara kota. Pada zaman itu kelompok-kelompok manusia berbentuk himpunan yang merupakan satu kota. Dari kata politeia itu kemudian timbul kata politik yang di maksudkan sebagai tata cara mengatur sistim pemerintahan, kata polisi yang mengatur penegakan peraturan, kata policy atau kebijaksanaan dan sebagainya. Pengembangan dari semua itulah yang melahirkan Negara dengan segala atribut dan pengaturannya hingga saat ini.

Fungsi polisi itu tumbuh dan berkembang semakin jelas manakala ancaman terhadap suatu kelompok semakin nyata. Ancaman itu tidak hanya berupa bahaya yang datang dari luar kelompok itu, tetapi juga berupa ancaman yang ada didalam kelompok itu sendiri maupun ancaman dari luar kelompoknya. Kehidupan akan senantiasa melahirkan pergulatan hebat, dimana manusia yang kuat pada kelompoknya selalu bertindak sebagai pimpinan untuk melawan musuh dan melindungi kelompok lainnya. Tindakan manusia kuat itulah wujud dari fungsi polisi yang paling sederhana.

Akan tetapi dalam perkembangannya, Polri (Polisi Republik Indonesia), yang memegang kuasa penuh atas hal tersebut bukan saja menjadi sosok bak pelindung namun juga kerap sebagai momok yang menakutkan bagi orang-orang yang tak bersalah atau melanggar hukum. Seiring berkembangnya dan beranekaragamnya akan dinamika kehidupan, baik di sisi sosial, ekonomi dan politik. Polri menjadi momok yang menakutkan. Bukan dikarenakan mereka memiliki senjata yang kapan saja siap disodorkan ke semua pihak jika melanggar hukum, tapi juga karena moral dan etika dasar polisi sepertinya luntur di institusi besar ini.

Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), mengapresiasi pernyataan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo soal pimpinan harus menjadi teladan dan melayani. Semua anggota yang menjadi pimpinan harus melaksanakan arahan tersebut.

“Arahan Kapolri sangat bagus dan perlu didukung. Beliau menyampaikan bahwa pimpinan harus memberikan teladan pada anak buah, harus memberikan contoh yang baik kepada anak buah, terutama bagaimana sebagai polisi bisa melayani, mengayomi dan melindungi masyarakat. Oleh karena itu semua harus melaksanakan arahan Kapolri tersebut,” ujar Komisioner Kompolnas Poengky Indarti, Kamis (28/10/2021).

Dikatakan Poengky, pertama perlu contoh yang baik dari atasan disertai pengawasan. “Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang ngopeni atau merawat anak buah, sekaligus memberi contoh baik, membimbing dan mengawasi,” ungkapnya.

Kedua, reward dan punishment. Poengky menyampaikan, jika anggota berprestasi perlu diberi reward. Namun, apabila bermasalah harus ditegur, dan jika tidak menurut harus diberi hukuman.

“Ketiga, hukuman harus proporsional. Polisi tunduk pada sanksi pidana, etik, dan disiplin. Jika diduga ada pelanggaran pidana, misalnya, melakukan kekerasan berlebihan maka harus diproses pidana dan etik. Jangan hanya diproses etiknya saja dan hukumannya ringan. Hal tersebut pasti akan ada perulangan, tidak ada efek jera,” katanya.

Selanjutnya, pendidikan dan latihan harus berulang-ulang menekankan perlunya polisi patuh pada hak asasi manusia. Polri sudah ada Perkap 8/2009 terkait hak asasi manusia.

“Perlu reedukasi, resosialisasi, dan praktik terus menerus,” ucapnya.

Anggota Komisi III DPR RI Adang Daradjatun menilai, faktor kultural di tubuh Polri menjadi penyebab utama berbagai kasus kekerasan oleh anggota Korps Bhayangkara yang viral belakangan. Sebagai mantan Ketua Tim Reformasi Polri, ia melihat masalah instrumen kepolisian sudah selesai, namun masalah kultur masih belum juga usai.

“Kebetulan tahun 97-98, saya sebagai Ketua Tim Reformasi Polri, di mana pemisahan Polri dari ABRI, dan juga kita mengeluarkan suatu ketetapan tentang perubahan Polri dalam bidang instrumen, struktur, dan kultur Polri. Instrumen sudah selesai dengan adanya undang-undang Polri, struktur sudah diperkuat mulai dari mabes, polda ,polres, polsek dan sebagainya berupa material dalam tugas tugas kepolisian,” katanya dalam keterangan tertulisnya, Jumat (29/10).

“Nah, yang menjadi masalah utama pada akhirnya tentang kultur, baik dalam konteks kultur masyarakat, lebih-lebih kultur yang berhubungan dengan kepolisian,” tambah Adang.

Politikus PKS ini menuturkan, pimpinan Polri perlu memperhatikan masalah kultur untuk menyikapi program yang sudah dibuat pada saat Reformasi tentang perubahan kultur anggota Polri. Salah satu caranya melalui reformasi pendidikan kepolisian yang semula banyak bersifat fisik, perlu diubah mengarah pembekalan anggota Polri untuk melayani masyarakat dan penegakan hukum yang baik dan humanis.

“Kalau dipertanyakan tentang kenapa kekerasan masih terjadi, terus terang ini masih berproses. Banyak masalah sosial lain yang ada dalam lingkungan kehidupan Polri,” jelasnya.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo meresmikan revitalisasi Museum Polri pada Selasa (26/10). Dalam kesempatan itu ia menyampaikan harapannya untuk institusi Polri.

Sigit ingin Polri dapat dicintai oleh seluruh masyarakat karena mampu menjalankan tugasnya dengan baik.

“Ke depan saya inginkan polisi dicintai, dicintai karena kita mampu melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat. Dibenci oleh para penjahat yang gagal melakukan kejahatannya karena ada Polri, itu yang ingin kita ciptakan,” kata Sigit dalam sambutannya.

Menurut Sigit dunia mengalami perubahan seiring teknologi yang semakin maju. Hal ini turut mempengaruhi nilai-nilai pandangan masyarakat.

Hal baik maupun buruk yang dilakukan Polri kini bisa diketahui masyarakat. Semua itu akan menimbulkan dampak yang beragam.

“Kalau kita mengukir hal-hal yang positif tentunya itu akan dikenang oleh masyarakat. Demikian juga terhadap hal-hal yang tentunya berdampak terhadap organisasi Polri khususnya yang bersifat negatif, tentunya juga langsung dikembangi oleh masyarakat,” kata Sigit.

Maka itu ia meminta agar jajaran Polri terus menunjukkan prestasi agar dikenang baik oleh masyarakat. Sebab semua yang dilakukan hari ini akan menjadi sejarah di kemudian hari.

“Pilihan kita adalah bagaimana pada saat ini, di masa kita, kita dapat mengukir sejarah, kita mencatat di dalam buku putih dengan prestasi-prestasi dengan hal-hal yang baik untuk organisasi yang lebih baik ke depan. Karena ini akan dikenang ke depan oleh generasi penerus kita,” kata Sigit.

Kategori
Aeronotika Business Corporate English Innovation Liputan Manajemen Penerbangan Pengetahuan Sejarah Telekomunikasi Telematika Transportasi

Bagaimana Project Apollo membentuk lanskap Manajemen Proyek (Bagian-1)

Misi Proyek Apollo tercatat dalam sejarah sebagai salah satu pencapaian teknologi terbesar umat manusia. Bahkan saat ini, kutipan dari wawancara dan film dokumenter tersedia secara luas di media sosial, menjadikannya salah satu proyek yang paling banyak dibicarakan yang pernah dilakukan.

Warisan Dwight Eisenhower dalam mendirikan National Aeronautics and Space Administration (NASA) dilanjutkan dengan ambisi Presiden John F Kennedy.

Pada 16 Juli 1969, dunia menyaksikan dengan gentar dan heran ketika astronot Neil Armstrong, Michael Collins dan Buzz Aldrin naik ke pesawat ruang angkasa, yang menderu hidup untuk saat yang paling ditunggu dekade ini; untuk menempatkan seorang pria di bulan dan mendaratkannya kembali dengan selamat.

Meskipun demikian, proyek Apollo 11 bukannya tanpa risiko dan ketidakpastian, yang membuatnya semakin mencengangkan ketika gambar-gambar penjelajahan bulan pertama muncul dalam beberapa jam setelah modul bulan mendarat di permukaan bulan.

Lanskap manajemen proyek saat ini telah dibentuk oleh beberapa faktor, salah satunya adalah seberapa sukses proyek sebelumnya berjalan, dan mencapai misinya. Proyek Apollo tidak berbeda, dengan manajer proyek dan program hari ini mengambil inspirasi dari pengalaman para pendahulu mereka yang duduk di ruang kontrol dan mengambil keputusan sepersekian detik saat kehidupan tergantung pada keseimbangan.

Mari masuk ke pelajaran manajemen proyek yang dapat diambil oleh setiap calon profesional proyek dari proyek pendaratan di bulan yang ikonik ini!



#1. Pelajaran manajemen proyek Apollo untuk diingat
Sementara peluncuran satelit Rusia Sputnik adalah apa yang mendorong ambisi untuk proyek Apollo menjadi tindakan, banyak penelitian dilakukan untuk kelayakan misi. Seperti halnya pelaksanaan proyek, kualifikasi dan kuantifikasi apa yang dipertaruhkan sangat penting untuk menerapkan apa yang sejauh ini hanya dipelajari sebagai ilmu.

Perlu diingat bahwa tidak ada metode pemilihan proyek atau kantor manajemen proyek khusus pada saat itu. Pada kenyataannya, misi tersebut dikelola oleh 2 otoritas – tim administrasi NASA yang menangani total biaya program Apollo; dan chief engineer yang bertanggung jawab atas manajemen hariannya.

Beberapa misi berawak dan tak berawak sebelumnya dikirim untuk mengelilingi orbit bulan sebelum pendaratan yang sebenarnya. Dan inilah yang diceritakan para ahli;



1. Rencanakan ke depan
Proyek Apollo dipecah menjadi 3 fase untuk menyederhanakan intensitas perencanaannya.

Tahap pertama dilakukan hanya untuk menguji keamanan, kualitas dan kekuatan material, sedangkan pengiriman tahap kedua adalah mengelilingi bulan dan kembali. Fase terakhir adalah ketika waktunya dianggap tepat untuk mencoba mendaratkan Apollo 11.

Mengingat bahwa perencanaan proyek adalah tentang menganalisis ruang lingkup, kemampuan kerja, biaya, waktu, data, sumber daya, dan keterampilan yang diperlukan untuk dialokasikan ke proyek, kesimpulannya di sini adalah membuat daftar fase dan hasil yang harus dipenuhi membuatnya lebih mudah untuk ditentukan. prioritas, serta membatasi proyek pada ‘batas’.

Ini memecah tugas menjadi potongan-potongan kecil, mengurangi jumlah dan tingkat keparahan risiko yang terlibat. Dengan informasi yang komprehensif ini, Anda bahkan dapat memasukkan batas waktu untuk perubahan yang kemungkinan akan diminta di kemudian hari, sehingga tidak ada beban kerja yang bertambah setelah proyek berjalan.



2. Sentralisasi proses
Salah satu peran dan tanggung jawab PMO saat ini adalah menstandardisasi proses untuk menjaga agar pelaksanaan proyek tetap berkelanjutan. Seperti disebutkan sebelumnya, tidak ada manajer proyek untuk misi Apollo proyek itu sendiri, tetapi proyek itu masih berhasil, menunjukkan bagaimana kemampuan teknis dapat dimanfaatkan dari perspektif kepemimpinan.

Badan pusat seperti PMO membuat proses dapat diulang, sehingga memastikan tidak ada gangguan pada alur kerja yang ada dan yang akan datang. Baik itu disiapkan secara internal maupun eksternal, kinerja portofolio proyek kelompok khusus untuk membantu membantu bisnis Anda mengukur metrik keuangan, operasional, dan sumber daya.

Dengan cara ini, Anda dapat menyusun jalur pipa hijau secara strategis daripada melempar dadu menjelajahi peluang dan menugaskan sumber daya yang tidak cocok untuk mereka di telepon.


3. Memfasilitasi keterampilan pengambilan keputusan tim
Khas dari setiap proyek, dinamika tim dan upaya bersama adalah kunci untuk pengiriman proyek. Lagi pula, Anda membutuhkan tangan kanan di dek jika terjadi kesalahan.

Faktanya, proyek Apollo menghadapi kesalahan pertama ketika pesawat ruang angkasa kehabisan bahan bakar, berbelok 9 mil dari jalur pendaratan yang direncanakan.

Trio kosmonot menemukan sinyal yang tidak dapat dikenali di layar komputer mereka yang akhirnya ditemukan sebagai kelebihan data komputer. Itu adalah ruang kontrol di bumi yang mengidentifikasi ini dan memulihkan ketenangan sekali lagi.

Memberdayakan kemampuan pengambilan keputusan tim membuat proyek kembali ke jalurnya, terutama ketika otoritas manajerial utama tidak ada atau tidak tersedia dalam krisis waktu.

Hal ini membawa perspektif kerja yang berbeda, yang mana pun bisa menjadi jawaban atas masalah yang dihadapi. Dan di sisi lain, ini mendorong kolaborasi dan diversifikasi keterampilan, memungkinkan anggota proyek untuk saling membantu menyelesaikan lebih banyak pekerjaan.

Bagian kedua bisa di klik disini

Kategori
Bandung Ibadah Kebijakan Kehidupan Keluarga Kerja Manajemen Pemikiran Proyek

Puskesmas Neglasari Bandung institusi pemerintah yang menerapkan Standar Pelayanan Minimal di atas rata-rata

Vaksinasi Covid-19 gratis kedua yang dilaksanakan di Gedung ICMI Orwil Jawa Barat bekerja sama dengan Puskesmas Neglasari Bandung berlangsung lancar dan aman. Suatu hal yang membedakan adalah acara dimulai dengan doa bersama yang dikoordinasikan oleh Drg Anindya Laksmi Dewi.


Pada kesempatan yang dokter tersebut memberikan pelayanan Paripurna dengan menerapkan konsep “Basa mah teu meuli”. Selain menjelaskan teknik dan tindak lanjut vaksinasi, juga memberikan kata-kata yang menenangkan pada masyarakat yang divaksinasi.

Sungguh pengalaman yang sangat baik dan benar dari suatu institusi pemerintah yang menerapkan standar pelayanan minimal dan Service level agreement di atas rata-rata.

Kategori
Business Corporate Innovation Leadership Manajemen Pemikiran

Sejarah Toyota dan Apa yang telah dilakukan untuk membuat mobilnya andal

Toyota adalah salah satu produsen mobil terbesar di dunia. Perusahaan yang bermarkas di Tokyo (Jepang) ini didirikan pada 28 Agustus 1937, 82 tahun lalu. Pendirinya adalah Kiichiro Toyoda, anak tertua dari Sakichi Toyoda sang pencetus industri Toyota yang semula membuat mesin jahit pada awal 1900-an.

Bagi orang Jepang, barangkali nama Sakichi Toyoda layak disejajarkan dengan Thomas Alva Edison. Ia tak hanya mampu mencerahkan industri Jepang, namun juga mempermudah kerja buruh-buruh tenun dengan mesin otomatis yang menambah kapasitas serta efisiensi produksi tekstil kala itu.

Etos kerja terampil dan tak mudah menyerah secara langsung ditularkan kepada Kiichiro Toyoda, yang sejak kecil sudah terbiasa melihat ayahnya bekerja di pabrik. Usai lulus dari universitas, ia pun bergabung dengan perusahaan milik keluarga, Toyoda Automatic Loom Works Ltd yang kemudian menjadi Toyota Industries Corporation.

Sebelum Sakichi Toyoda wafat, ia berpesan pada anaknya untuk melanjutkan bisnis tersebut. Walau begitu, Kiichiro Toyoda rupanya lebih menyukai industri otomotif, yang ketika itu dianggap sebagai keputusan penuh risiko. Sebab belum banyak perusahaan Jepang yang terjun dalam bidang tersebut.

Kenneth E. Hendrikson dalam The Encyclopedia of The Industrial Revolution(2015: 965-966) menceritakan masa-masa awal berdirinya produsen mobil Toyota. Rencana Kiichiro Toyoda yang bakal memproduksi kendaraan di dalam negeri ternyata langsung mendapat dukungan dari pemerintah Jepang.

Maka pada 1929 ia pergi ke Eropa dan Amerika Serikat (AS) untuk mempelajari serta mengambil inspirasi untuk mengembangkan industri otomotif. Berkali-kali ia keluar masuk pabrik di Detroit dan mempelajari tiap sudut mobil-mobil Chevrolet maupun Ford, sebelum membuat sendiri mobil yang telah lama ia idamkan.

Sepulangnya dari manca negara, sebuah mobil bernama Model A1 akhirnya tercipta pada 1935. Menariknya, mobil ini bisa bertukar komponen dengan sedan-sedan Amerika, yang pada saat itu memang mendominasi ruas-ruas jalanan Jepang.

Tak lama berselang, Kiichiro Toyoda pun mulai mendirikan Toyota Motor Company, sebagai anak perusahaan Toyoda Automatic Loom Works. Nama ‘Toyota’ sengaja dipilih karena dianggap punya keberuntungan lebih baik dan lebih mudah ditulis dalam huruf Jepang.

Selama Perang Dunia II, Toyota dilibatkan dalam memproduksi kendaraan militer yang lahir dari pabrik di Pulau Honshu. Truk-truk tahan banting ini bahkan menjadi cikal bakal Toyota Land Cruiser yang sukses terjual di AS dan seluruh dunia di kemudian hari.

Setelah kematian Kiichiro Toyoda tahun 1952, perusahaan makin gencar memproduksi mobil dan mulai mengekspor ke negara-negara di dunia. Laman Britannica mencatat, pada 1966 Toyota mulai mengakuisisi perusahaan bus dan truk besar Hino, Nippon Denso, juga Daihatsu Motor Company.

Hingga tahun 1970-an, Toyota disebut telah berhasil menjual lebih dari satu juta kendaraan secara global. Bahkan selama beberapa dekade, perusahaan ini menjadi produsen mobil terbesar di Jepang dan terus berkembang di pasar AS. Toyota pun terkenal sebagai merek kendaraan berbiaya rendah, hemat bahan bakar, serta andal. Seperti yang ditunjukkan pada Corolla, sedan paling laris di dunia.

Kini Toyota pun muncul sebagai produsen mobil yang memiliki fasilitas produksi di banyak negara, mulai dari Argentina, Brasil, Kanada, Cina, Kolombia, Republik Ceko, Mesir, Perancis, Malaysia, Meksiko, Filipina, Polandia, Portugal, Rusia, Afrika Selatan, Sri Lanka, Thailand, Turki, Uni Emirat Arab, Inggris, Amerika Serikat, Venezuela, Vietnam, juga Indonesia.

Dengan lebih dari 5,5 juta kendaraan diproduksi setiap tahun pada 2019, dan dengan banyak desain pemenang penghargaan dan reputasi teknologi inovatif, perusahaan telah melampaui tujuan mereka untuk menciptakan posisi aman di pasar mobil AS.

Nama Toyota terus dikaitkan dengan keandalan dan kinerja untuk pengemudi baru dan pengemudi Toyota yang berdedikasi, dan mereka terus memberikan ide-ide baru untuk masa depan. Ketika topik kehandalan muncul, tidak butuh waktu lama sampai nama Toyota disebutkan. Baik itu Tundra yang sudah berjalan jutaan mil, Supra yang tidak bisa dihancurkan, mobil kakek Anda Corolla yang tidak akan mati meski oli belum diganti dalam 5 tahun. Banyak pabrikan membuat mobil yang andal di sini atau mungkin sekarang era mobil yang andal, tetapi hanya sedikit OEM yang membuat mobil yang layak dicoba dan benar seperti Toyota.

Jadi apa rahasianya? Dalam video ini Nolan menjelaskan dengan tepat apa yang telah dilakukan Toyota untuk membuat mobil andal. Kita akan melihat secara mendalam konsep Jidoka, Kaizen, dan JIT (Just In Time). Tidak tahu apa artinya? maka kami punya video untuk ditonton!

Kategori
Film Kebijakan Kehidupan Manajemen Pemikiran Sejarah

Detroit: Sebuah kota yang mati segan, hidup pun tak mau

Detroit selalu mendapat sorotan tajam dan dikritik di media untuk semua masalah yang telah dialami kota ini selama bertahun-tahun; dari ikon industri tahun 1920-an yang berkembang pesat, menjadi kota yang kehilangan lebih dari satu juta orang pada tahun 1970-an, hingga kota tersebut bangkrut secara finansial pada akhir tahun 2000-an. Ketika orang memikirkan kerusakan kota dan bangunan terbengkalai, Detroit biasanya di bagian atas daftar itu.

Detroit yang Terbengkalai: The City of Neglect adalah film dokumenter yang langka, unik, dan belum pernah dilakukan sebelumnya. Tentu, ada banyak dokumenter dan film tentang Kota Detroit, tetapi tidak ada yang lebih komprehensif dan ekstensif seperti proyek ini. Film dokumenter ini mengikuti kehidupan seorang penjelajah perkotaan, bernama Detroit Unseen, yang berkeliling negara untuk menjelajahi, memotret, dan mendokumentasikan bangunan yang ditinggalkan.

Detroit Unseen adalah kandidat yang tepat untuk film dokumenter ini karena dia telah menjelajahi kota selama 13 tahun dan meskipun dia telah melakukan perjalanan ke seluruh negeri, dia telah mendokumentasikan Kota Detroit selama periode waktu yang sama. Banyak dari struktur dan bangunan yang dulunya ikonik yang dapat dia potret, telah dihancurkan, direnovasi, atau dipugar. Setelah menonton film dokumenter ini, satu hal menjadi jelas.

Detroit adalah kota yang berada di ambang kepunahan dan sekarang masuk ke dalam buku sejarah sebagai kota yang kembali secara ajaib. Ini bukan hanya proyek lain yang berfokus pada aspek negatif Detroit. Meskipun banyak orang merasa bahwa bangunan yang ditinggalkan dan kerusakan kota adalah hal yang negatif, kami melihatnya sebagai karya sejarah, seni, dan arsitektur yang indah dan unik. Kami akan menampilkan sejarah Detroit dan bagaimana kota ini berakhir dengan semua yang ditinggalkan, serta bagaimana kita dapat menyelamatkan bangunan dari kehancuran atau kehancuran, dengan tujuan ulang, restorasi, dan renovasi. Kami merasa bahwa kami perlu melestarikan sejarah kami dan banyak bangunan megah dari era pra-depresi menghilang dengan kecepatan yang mengkhawatirkan.

Dokumenter ini benar-benar mewakili 13 tahun memasuki dan memotret bangunan bersejarah ini. Meskipun terkadang sedih dengan bangunan yang hilang atau hilangnya sejarah dan budaya, mendokumentasikan perubahan itu penting. Detroit yang Terbengkalai: Kota Kelalaian membantu mendokumentasikan perubahan ini. Kami berharap bahwa di tahun-tahun mendatang ketika perencana kota, investor, pemangku kepentingan, dan spekulan membuat jalan untuk kemajuan, Detroit dapat mempertahankan budaya yang kaya dan sejarah ikoniknya.

Detroit sama ikoniknya dengan Amerika itu sendiri dan ceritanya bukan hanya gambaran cemerlang tentang apa yang akan datang. Dengan Detroit Anda mengambil yang baik dengan yang buruk, mengenali yang baik apa yang datang dan melestarikan yang baik yang telah datang sebelumnya. Banyak orang yang memasuki Kota Detroit dapat merasakan urgensi perubahan dan semangat penemuan kembali. Kami tentu memahami hal ini, dan foto-foto tersebut mewakili apa yang telah kami lihat selama ini. Bendera Detroit berisi dua slogan Latin “Speramus Meliora” dan “Resurget Cineribus” yang berarti “Kami berharap untuk hal-hal yang lebih baik” dan “Itu akan bangkit dari abu.” Frasa nubuatan yang awalnya dibuat dengan mengacu pada api besar tahun 1805, terdengar lebih benar sekarang dari sebelumnya. Kami mencamkan slogan-slogan ini setiap hari saat kami pergi keluar dan menjelajahi kota besar kami.

Kategori
Business Kerja Leadership Manajemen

Akar Masalah Pendelegasian

Mengambil terlalu banyak pekerjaan pada satu waktu? Itu salah sebagaimana yang digambarkan dalam Teori Manajemen!

Kita sering mengatakan “ya” untuk suatu tugas, ketika kita harus mengatakan “tidak”. Apakah ini menguntungkan kita atau tim kita? TIDAK!

Ini hanya mengarah kepada kondisi yang penuh kecemasan serta stres yang diakhiri dengan kelelahan dan gairah kerja yang hambar.

Kita menginginkan yang terbaik untuk tim kita dan pelanggan. Saya percaya bahwa pendelegasian (yang dilakukan secara bijaksana) adalah “obat’ (cara) terbaik.

Saya sudah menangani sejumlah posisi di berbagai perusahaan  selama beberapa puluh tahun. Pendelegasian adalah hal besar yang membutuhkan banyak waktu dan kesabaran. Sementara   menikmati tugas dan mengambil penugasan, kadang-kadang tanggung jawab yang lain akan menuntut kita untuk hari berikutnya. Dan, sebaliknya, jika berfokus pada tugas orang lain, tanggung jawab masih di bagian belakang  “kepala” kita.

Tapi, seperti Batman yang memiliki Robin, setiap superhero membutuhkan mitra super untuk membantu mereka memenangkan pertempuran.

Jangan berpikir meminta bantuan membuat Anda kelihatan lemah. Mungkin Anda pernah mengatakan/berpikir pada diri sendiri, “Saya biasa  mengerjakan ini – aku tahu melakukan sesuatu dengan benar dan tidak yakin apakah ada orang lain yang bisa!” Apakah aku akan  “memukul paku” di kepala sendiri?

Untuk setiap pohon, ada akar yang memegangnya teguh dalam tanah. Untuk setiap tim yang baik, ada juga “akar” untuk menjaganya mantap dan tegak.

Jadi, mari turun ke akar masalahnya! Berikut adalah tips saya dalam pendelegasian:

Realistis:

Jadilah kekuatan nyata di sisi “anak-anak” (staf). Jika Anda membutuhkan bantuan, mintalah hal itu. Jangan “meninggalkan” tugas terlalu besar. Pecahlah semua tugas  yang Anda lakukan menjadi “irisan”, kemudian mendelegasikannya sesuai kebutuhan. Anggap saja seperti “pesta pizza besar” di mana semua orang mendapat sepotong pizaa untuk dinikmati.

Terbuka:

Berpikiran terbuka untuk ide-ide baru bersama staf Anda yang baru. Buatlah mereka menjadi  “superhero” dan menjadi mitra dengan melakukan diskusi tentang cara untuk menyelesaikan pekerjaan yang dilakukan. Mereka mungkin memiliki cara-cara yang Anda tidak pernah pikirkan dan dapat menyebabkan beberapa “WOW” saat itu.

Pengaturan:

Buat SOP yang bagus…..Buat daftar semua tugas Anda pada kartu indeks yang dibagi menjadi dua tumpukan; satu untuk tugas yang akan Anda tangani dan satu lagi untuk tugas-tugas yang tim Anda akan tangani. “Tempatkan”  mereka di sekitar Anda sampai  menemukan keseimbangan tugas yang tepat.

Pelatihan:

Buat rencana untuk berbagi semua pengetahuan, kepakaran dan kebijaksanaan melalui pelatihan dengan tim Anda. Mereka akan belajar dari ANDA, menggabungkan cara yang unik mereka sendiri dan menyelesaikan pekerjaan yang dilakukan.

Akhir kata….

Semua untuk semua, dengan pendelegasian yang baik, semua orang adalah pemenang!

Kategori
Business Kebijakan Leadership Manajemen Pemikiran

Kepemimpinan: Antara Teori dan Model Yang Diterapkan (Bagian-2)

Lanjutan dari “Kepemimpinan: Antara Teori dan Model Yang Diterapkan (Bagian-1)“:

MODEL KEPEMIMPINAN:

Perkembangan teori-teori di atas sesungguhnya adalah sebuah proses pencarian formulasi sistem kepemimpinan yang aktual dan tepat untuk diterapkan pada zamannya. Atau dengan kata lain sebuah upaya pencarian sistem kepemimpinan yang efektif dan strategis.

Kepemimpinan harus mempunyai prinsip yang menurut STEPHEN R. COVEY dalam Principle Centered Leadership terdiri dari :

  1. Belajar terus menerus, mereka membaca, berlatih, dan mendengarkan masukan;
  2. Berorientasi pada pelayanan, mereka melihat hidup sebagai suatu misi dan tidak hanya sebagai suatu karir;
  3. Memancarkan energi positif, mereka optimistis, positif, dan modern;
  4. Mempercayai orang lain, mereka tidak tidak berekasi berlebihan pada perilaku negatif, kritik dan kelemahan;
  5. Hidup seimbang, mereka memperhatian keseimbangan jasmani dan rohani, antara yang tradisionil dan yang modern;
  6. Melihat hidup sebagai petualangan, mereka menghargai hidup di luar kenyamanan;
  7. Sinergistik, mereka memilih untuk memfokuskan diri pada kepentingan orang lain dan mampu membina energi-energi yang dimiliki organisasi; dan
  8. Melaksanakan pembaharuan diri, mereka memiliki karakter yang kuat dan sehat, serta berdisiplin tinggi.

Atas dasar prinsip-prinsip itulah maka kepemimpinan menuntut hal-hal sebagai berikut :

  1. Kelompok bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dipegang kelompok;
  2. Masing-masing anggota kelompok memiliki kualitas dan nilai-nilai tertentu yang memberikan kontribusi pada berfungsinya mekanisme kelompok secara efektif.

Prinsip kepemimpinan adalah asas yang mengandung kebenaran dan pantas untuk selalu digunakan oleh setiap pemimpin. Prinsip-prinsip kepemimpinan meliputi :

  1. Mahir dalam soal-soal teknis dan taktis.
  2. Mengetahui diri-sendiri, mencari dan selalu berusaha memperbaiki diri.
  3. Memiliki keyakinan bahwa tugas-tugas dimengerti, diawasi dan dijalani.
  4. Mengenal anggota-anggota bawahan serta memelihara kesejahteraannya.
  5. Memberi teladan dan contoh yang baik.
  6. Menumbuhkan rasa tanggung jawab di kalangan anggota.
  7. Melatih anggota bawahan sebagai satu tim yang kompak.
  8. Membuat keputusan-keputusan yang sehat, tepat pada waktunya.
  9. Memberi tugas dan pekerjaan kepada bawahan sesuai dengan kemampuannya.
  10. Bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan.

Setiap permasalahan kepemimpinan selalu meliputi 3 (tiga) unsur yang terdiri dari :

  1. Unsur manusia : yaitu manusia yang melaksanakan kegiatan memimpin atas sejumlah manusia lain atau manusia yang memimpin dan manusia yang dipimpin.
  2. Unsur sarana: yaitu Prinsip dan Teknik Kepemimpinan yang digunakan dalam pelaksanaan Kepemimpinan, termasuk bakat dan pengetahuan serta pengalaman pemimpin tersebut.
  3. Unsur tujuan: yaitu tujuan bersama apa yang ingin dan akan diwujudkan untuk kepentingan bersama.

Secara normatif, keberhasilan kepemimpinan akan sangat tergantung kepada tiga unsur tersebut yang meliputi : syarat, watak, ciri, gaya, sifat, prinsip, teknik, asas dan jenis kepemimpinan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kepemimpinan.

Efektivitas kepemimpinan dipengaruhi juga oleh metode mengarahkan bawahan yang digunakan oleh seorang pemimpin. Metode yang digunakan untuk mengarahkan bawahan agar mereka melakukan tugasnya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab senantiasa berbeda pada setiap situasi dan kondisi. Namun demikian terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan, diantaranya :

  1. Metode persuasif (membujuk). Dengan cara penyadaran atau pembujukan untuk mempengaruhi atau membawa ke arah kesadaran untuk melakukan kewajibannya tanpa disadarinya.
  2. Metode impilikatif (melibatkan). Dengan cara dialog dalam rangka membawa kepada sasaran yang diinginkan.
  3. Metode sugestif (menganjurkan). Cara mempengaruhi bawahan untuk melakukan sesuatu dengan memberikan saran-saran dan harapan-harapan.
  4. Metode diskusi. Dengan cara dialog antara pemimpin dengan bawahan dalam menentukan sasaran/tujuan organisasi.
  5. Advise (nasehat). Dengan cara memberikan nasehat kepada bawahan terhadap tujuan yang akan dicapai organisasi.
  6. Inducement (paksaan). Dengan cara memberikan dorongan atau penekanan kepada bawahan agar mau melaksanakan perintah atau harapan pemimpin.
  7. Komando. Dengan cara yang lebih keras melalui perintah atau paksaan untuk melaksanakan perintah atau tugas tanpa ada alternatif lain.

Situasi dan kondisi lingkungan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan kepemimpinan, oleh karenanya pemimpin wajib berusaha menguasai keadaan lingkungan yang dihadapi menjadi suatu kondisi yang menguntungkan. Untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan upaya/langkah-langkah sebagai berikut :

  1. Selalu mengadakan komunikasi.
  2. Memiliki kepekaan sosial yang tinggi.
  3. Mengetahui kebutuhan materil dan spirituil lingkungan.
  4. Memiliki kemampuan inovasi yang menguntungkan lingkungan.
  5. Memberikan pertolongan tanpa pamrih dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan dan norma yang baik.

Keberhasilan atau kegagalan dari hasil kepemimpinan seseorang dapat diukur atau ditandai oleh empat hal, yaitu : moril, disiplin, jiwa korsa (esprit de corps), dan kecakapan.

  1. Moril : moril adalah keadaan jiwa dan emosi seseorang yang mempengaruhi kemauan untuk melaksanakan tugas dan akan mempengaruhi hasil pelaksanaan tugas perorangan maupun organisasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi moril adalah :
    • kepemimpinan atasan.
    • kepercayaan dan keyakinan akan kebenaran.
    • penghargaan atas penyelesaian tugas.
    • solidaritas dan kebanggaan organisasi.
    • pendidikan dan latihan.
    • kesejahteraan dan rekreasi.
    • kesempatan untuk mengembangkan bakat.
    • struktur organisasi.
    • pengaruh dari luar.
  2. Disiplin : disiplin adalah ketaatan tanpa ragu-ragu dan tulus ikhlas terhadap perintah atau petunjuk atasan serta peraturan yang berlaku. Disiplin yang terbaik adalah disiplin yang didasarkan oleh disiplin pribadi. Cara-cara untuk memelihara dan meningkat disiplin :
    • Menetapkan peraturan kedinasan secara jelas dan tegas.
    • Menentukan tingkat dan ukuran kemampuan.
    • Bersikap loyal.
    • Menciptakan kegiatan atas dasar persaingan yang sehat.
    • Menyelenggarakan komunikasi secara terbuka.
    • Menghilangkan hal-hal yang dapat membuat bawahan tersinggung, kecewa dan frustasi.
    • Menganalisa peraturan dan kebijaksanaan yang berlaku agar tetap mutakhir dan menghapus yang sudah tidak sesuai lagi.
    • Melaksanakan reward and punishment.
  3. Jiwa korsa : jiwa korsa adalah loyalitas, kebanggan dan antusiasme yang tertanam pada anggota termasuk pimpinannya terhadap organisasinya. Dalam suatu organisasi yang mempunyai jiwa korsa yang tinggi, rasa ketidakpuasan bawahan dapat dipadamkan oleh semangat organisasi. Ciri jiwa korsa yang baik adalah :
    • Antusiasme dan rasa kebanggaan segenap anggota terhadap organisasinya.
    • Reputasi yang baik terhadap organisasi lain.
    • Semangat persaingan secara sehat dan bermutu.
    • Adanya kemauan anggota untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan.
    • Kesediaan anggota untuk saling menolong.
  4. Kecakapan : kecakapan adalah kepandaian melaksanakan tugas dengan hasil yang baik dalam waktu yang singkat dengan menggunakan tenaga dan sarana yang seefisien mungkin serta berlangsung dengan tertib. Pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki pimpinan dapat diperoleh dari pendidikan, pelatihan, inisiatif dan pengembangan pribadi serta pengalaman tugas.

Menurut WJ. REDDIN. Setiap kepemimpinan memiliki orientasinya sendiri-sendiri. Ia mengidentiifikasi adanya tiga orientasi kepemimpinan:

  1. Kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (task oriented).
  2. Kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan kerjasama (relationship oriented).
  3. Kepemimpinan yang berorientasi pada hasil (effectiveness oriented).

Dari tiga orientasi tersebut Reddin mengklasifikasikan delapan gaya kepemimpinan, yaitu:

  1. The Deserter, gaya kepemimpinan yang hanya sedikit memiliki ketiga orientasi tadi atau bahkan tidak ada sama sekali;
  2. The Bureaucrat, gaya kepemimpinan yang hanya berorientasi pada hasil dengan orientasi tugas yang rendah;
  3. The Missionary, gaya kepemimpinan yang hanya berorientasi pada membangun jalinan kerja sama dengan orientasi tugas yang rendah;
  4. The Development, gaya kepemimpinan yang beroreintasi pada hasil dan jalinan kerja sama yang tinggi tetapi orientasi tugasnya rendah;
  5. The Autocrat, gaya kepemimpinan yang hanya berorientasi pada tugas, sementara orientasi yang lainnya rendah;
  6. The Benevolent Autocrat, gaya kepemimpinan yang berorrientasi pada hasil dan tugas yang tinggi, sedangkan orientasi jalinan kerja samanya rendah;
  7. The Compromiser, gaya kepemimpinan yang kurang berorientasi pada hasil tetapi mempunyai orientasi tugas dan jalinan kerja sama yang memadai;
  8. The Executive, gaya kepemimpinan yang mempunyai ketiga orientasi.

[youtube http://www.youtube.com/watch?v=PhRwRhyovWY]

Kategori
Business Kebijakan Leadership Manajemen Pemikiran

Kepemimpinan Berbasis Spiritual Bukan Hanya Sekedar Transendental

Dikutip dari esq-news.com,  Seorang pengusaha sukses abad ke-6 bernama Muhammad meninggalkan bisnisnya untuk mencari esensi manajemen yang sebenarnya. Ketika beliau dipertemukan dengan Jibril yang membawa pesan IQRA (Al-Alaq 1-5), beliau menyadari bahwa inilah awal revolusi berpikirnya tentang manajemen yang hakiki. Lingkup pemikirannya kini tidak lagi terpusat kepada dalil-dalil logika semata tetapi telah menerobos ke suatu pemikiran beresensi hati nurani yang mengedepankan tuntunan/petunjuk dari Tuhan Yang Maha Esa.

Empat belas abad kemudian sekian banyak ahli manajemen kelas dunia mempublikasikan sekian banyak teori tentang manajemen berbasis spiritual yang bersumber pada kajian olah pikir filosofis mereka yang diperkuat dengan fakta ratusan orang sukses yang menganut paham mereka. Pelatihan leadership berbasis manajemen spiritual kemudian menjadi suatu model yang menawarkan solusi multidimensi terhadap berbagai persoalan manajemen. Namun para peserta kemudian menyadari bahwa basahnya siraman pelatihan tersebut bersifat sesaat dan selanjutnya malah membuat kering pola pikir mereka dibandingkan dengan sebelum mengikuti pelatihan tersebut. Apakah benar bahwa pelatihan itu berbasis spiritual atau hanya spiritual semu?

Hal ini dibahas pada “Journal of Human Values” oleh Peter Pruzan, Dr. Polit. & Ph.D., Professor Emeritus, Department of Management, Politics and Philosophy, Copenhagen Business School, Denmark sebagai berikut:

Sebuah paradigma kepemimpinan global baru secara bertahap muncul, yaitu kepemimpinan berbasis spiritual. Kontekstualisasi perkembangan ini sejalan dengan kerangka rasionalitas ilmiah dan ekonomi. Pendekatan kepemimpinan spiritual digambarkan sebagai pengintegrasian perspektif batin seorang pemimpin pada tujuan hidup dan kepemimpinan sehingga perspektif batin ini merupakan dasar bagi keputusan dan tindakan dalam dunia akademik, bisnis dan pemerintahan.

Penelitian empiris menunjukkan, berdasarkan wawancara dengan 31 pemimpin top dari 15 negara di enam benua. Hal ini menunjukkan bahwa para pemimpin dapat memperoleh kebahagiaan, rasa hormat, ketenangan pikiran dan keberhasilan, serta pada saat yang sama melayani kebutuhan semua yang terkena dampak kepemimpinan ketika mereka memimpin dengan dasar spiritual. Hal ini juga menunjukkan spiritualitas  dapat berfungsi sebagai dasar untuk kepemimpinan yang mempertimbangkan etika, tanggung jawab sosial dan kepedulian terhadap lingkungan tidak hanya sebagai instrumen untuk melindungi reputasi perusahaan dan pendapatan tetapi sebagai prinsip-prinsip dan nilai-nilai mereka sendiri.

Pada buku “Leading with Wisdom: Spiritual-based Leadership in Business” karangan Peter Pruzan dan Kirsten Pruzan Mikkelsen (bersama dengan Debra dan William Miller), dikatakan bahwa perspektif kepemimpinan spiritual belum “mainstream”. Keserakahan, prestise dan kekuasaan tampaknya masih menjadi kekuatan motivasi utama yang lebih besar bagi para pemimpin perusahaan di dunia. Meskipun 25 tahun kita sudah globalisasi, kemiskinan masih amat nyata dimana-mana di banyak bagian dunia. Sebaliknya yang sangat mencolok, paket kompensasi para pemimpin puncak dalam bisnis, khususnya di Barat, telah meroket, mencapai tingkat yang akan dianggap mustahil satu dekade lalu. Yang jelas dibutuhkan perubahan dalam pola pikir, nilai-nilai dan prinsip-prinsip kepemimpinan kita, serta orang-orang yang membiayai perusahaan, juga orang-orang yang mendidik dan mentor kepemimpinan untuk masa depan kita. Minimal, apa yang dibutuhkan adalah perluasan dari konsep ‘sukses’ sehingga melampaui fokus yang hanya berlaku pada keuntungan finansial jangka pendek.